[🌸] Berhenti

Sudah lebih dari 3 hari kabar Beomgyu juga belum ada yang Yeonjun tahu satu pun. Semua sosial medianya tidak ada yang aktif. Ingin menanyakan langsung ke rumah, tetapi Hueningkai temannya tak memperbolehkan ia datang ke rumah atau sekadar ke warung seblak CBG.

Yeonjun jujur sangat bingung, tapi ia masih bisa menghargai hal itu dan memberikan waktu Beomgyu sendiri untuk menjawab segala kecemasannya.

Tapi kini kesabaran dan kerinduan Yeonjun seperti sudah tidak bisa ditahan lagi. Pasalnya ia sangat ingin melihat Beomgyu di kelasnya saat jam istirahat, tapi banyak yang bilang anak itu tidak ada di kelas. Ketika di kantin saat ia melihat dan memanggilnya, Beomgyu sama sekali tidak menoleh dan sebaliknya justru berlari menjauh.

Maka dari itu, waktu pulang sekolah adalah yang tepat untuk mereka bertemu dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Beomgyu.

“Bami!”

Beomgyu baru saja keluar kelas bersama 3 temannya, terlihat dari wajahnya yang sangat gelisah ingin melarikan diri tapi sayangnya Yeonjun sudah berhasil mencegatnya terlebih dulu.

“Bam-”

“Tunggu anak yang lain pulang dulu, baru Kakak boleh ngomong.” potongnya cepat yang membuat Yeonjun menurut.

Ketiga temannya Beomgyu berikan tatapan ‘kalian pulang duluan’ yang langsung bisa dimengerti bahwa Beomgyu menginginkan waktu berdua untuk meluruskan hal ini bersama Yeonjun.

Yeonjun dan Beomgyu berdiri di depan pintu kelas 11 IPS 3 dengan Beomgyu yang membuang muka sementara Yeonjun menatapnya penuh bingung, sambil menunggu anak 11 IPS 1 dan 11 IPS 2 juga pulang sehingga di lorong kelas ini hanya tinggal mereka berdua.

Ketika kesempatan itu tiba akhirnya Yeonjun kembali mendekatkan diri pada Beomgyu seraya membuka suaranya.

“Kamu ke mana aja-”

“Bisa langsung ke intinya, gak? Aku mau pulang.”

Nada bicara Beomgyu begitu dingin ketika memotong ucapannya, sampai saat ini Yeonjun masih tidak mengerti apa yang terjadi.

“Kamu marah sama Kakak?”

“Engga,”

“Terus?”

Yeonjun ingin meraih jemari Beomgyu tapi lelaki itu tepis duluan, membuat napas Yeonjun sedikit tercekat.

“Kamu ngehindarin Kakak?”

Akhirnya pertanyaan yang ditunggu-tunggu keluar. Beomgyu pun menatap Yeonjun dengan matanya yang mulai memerah.

“Iya.”

Yeonjun tersentak, “Kenapa?”

“Aku gak mau Kakak salah paham lagi, jadi maaf aku harus bilang ini,” Beomgyu menghela napasnya gusar, ”walau hubungan kita emang belum sama sekali dimulai, tapi aku mau mengakhirinya di sini. Berhenti deketin aku lagi, Kak.”

Mendengar kalimat-kalimat itu keluar dari bibir tipis Beomgyu membuat hati Yeonjun bagai teriris pisau kecil. Ada banyak pertanyaan muncul di kepalanya tentang maksud Beomgyu kali ini yang sama sekali tidak bisa ia terima.

Yeonjun pun langsung berubah pada mode seriusnya yang tak lagi menggunakan panggilan kesayangan untuk Beomgyu.

“Kenapa, Gyu? Kamu kenapa? Aku ada salah? Aku minta maaf kalau aku gak sadar kesalahanku dan aku bakal-”

“Gak ada yang salah dari kita berdua, tapi hubungan ini, Kak!” bentak Beomgyu tak sabar, “Aku gak mau Kak Yeonjun tetap suka sama aku dan berharap aku bakal pacaran dan luluh sama Kak Yeonjun!”

Yeonjun menaikkan alisnya, sepertinya ia mengerti arah pembicaraan Beomgyu walau yang sebenarnya adalah salah besar.

“Kamu gak suka sama aku?” ia tersenyum tipis, “Gak masalah, aku bakal tetep berusaha deketin kamu, Beomgyu.”

Yang lebih muda mendelik kesal, “Tetep suka? Kok maksa?”

“Ya, emang kenapa?”

Beomgyu sangat kesal mendengarnya, Yeonjun benar-benar belum mengerti bahwa ia serius ingin Yeonjun berhenti kali ini

“Aku. Gak suka. Kak Yeonjun. Gak akan suka. Ngerti gak, sih?”

“Ngerti, tapi itu terserah aku mau lanjut suka kamu atau engga, urusan kamu suka sama aku itu cuma bonus,”

Jawaban Yeonjun yang santai semakin membuat Beomgyu marah, “Kenapa? Kenapa suka sama aku?! Cowok dan cewek lain banyak kenapa harus aku?!”

“Ya, aku maunya suka sama kamu, kenapa kamu juga maksa aku harus suka sama orang lain?”

Beomgyu menolehkan kepalanya ke arah lain, tidak berniat menjawab sama sekali sehingga emosi Yeonjun yang dari tadi di tahan ikut terpancing karena tak kunjung diberikan jawaban.

“Choi Beomgyu, aku marah ya, sama kamu. Kamu gak ngehargain usaha aku buat deket sama kamu.” Yeonjun yang tadinya menunduk untuk mendekatkan diri pada Beomgyu pun sekarang berdiri tegak, “Oke. Kalau gitu mulai saat ini aku akan turutin maunya kamu.”

Beomgyu meresponnya dengan tubuh yang menegang tiba-tiba, ia tetap bergeming menunggu ucapan Yeonjun selanjutnya.

“Tapi asal kamu tau, perjuangan aku buat kamu ini emang sia-sia, tapi aku gak nyesel seperti yang aku bilang sebelumnya. Aku. Gak jatuh cinta. Sama orang yang salah.”

Mendengar penekanan di setiap ucapannya membuat Beomgyu akhirnya berani menatap wajah Yeonjun, yang kini justru terukir senyuman tulus tetapi menyiratkan kesedihan.

Dalam sekejap tatapan dan senyum itu ikut berhasil meruntuhkan segala pertahanan agar tidak luluh yang sudah Beomgyu bangun sejak ia mulai menjauhi Yeonjun dari hidupnya.

“Tapi yaudah, kalo kamu sebagai orang yang aku suka udah ngasih keputusan untuk berhenti secara mandiri sebelum aku yang pilih harus tetap mencintai kamu atau nggak,

“Kakak bisa apa, Beomgyu?”

Mata Beomgyu memanas tanpa bisa dicegah, mati-matian ia menahan dirinya untuk tidak menangis, sampai kemudian ia rasakan tangan besar Yeonjun mengusak-usak rambutnya pelan.

“Kakak pulang dulu kalau gitu, kamu hati-hati.”

Ketika Yeonjun akhirnya pergi setelah ia beri luka di hatinya, saat itu juga pertahanan Beomgyu benar-benar hancur dan membaur dengan segala emosinya.

Bayangan Yeonjun sudah hilang, meninggalkan tubuh Beomgyu yang merosot di depan pintu kelas, berjongkok sambil memeluk dirinya sendiri yang kini menangis pilu.

“Maafin aku, Kak Yeonjun ...” []

© 2021, moawaua.