[🌸] Classmeet
Hari yang ditunggu pun tiba, setelah anak SMAN 304 melakukan ulangan semester ganjil, maka sekolah memperbolehkan OSIS untuk menggerakkan acara classmeet untuk murid-muridnya. Classmeet diadakan dan bertujuan menjadi ajang apresiasi dengan mengadakan lomba sekaligus hiburan untuk mereka yang sedang menunggu jadwal liburan siap.
“Eh! Eh! Ini udah siapa yang mau main?”
“Kayaknya anak futsal kelas 10 dulu gak sih,”
“Aduh, gue pengennya kelas 12, mau ngeliat Kak Yeonjun katanya doi mainnya bakal pagi?”
“Ya sama, mau liat anak-anak Malih main, kapan lagi tontonan cakep gratis, hehehe,”
Hueningkai yang mendengar bisik-bisik tersebut lantas segera menghampiri sahabatnya yang asyik meracik seblak, siapa lagi kalau bukan Beomgyu yang sudah semangat membuat seblak untuk hidangan mereka semua.
“Gyu, itu kamu denger sendiri, kan? Malih tuh terkenal banget anjir, kamu sendiri ketemu sama Kak Yeonjun kemarin, gimana kalo nanti kamu disamperin lagi, ngakak hahaha,”
Beomgyu mengangkat bahunya acuh, “Terserah, kita juga udah damai kayaknya, aku mau fokus bikin seblak aja, tapi aku utamain untuk anak-anak yang abis tanding.”
“Kita gak kebagian, nih? Kan udah ikut bantuin?”
Suara Taehyun tiba-tiba muncul, ia baru saja tiba bersama Jeongin membawa styrofoam. Beomgyu tersenyum manis menatap mereka sambil mengacungkan jempolnya.
“Tenang, Bos! Orang dalem pasti kebagian~”
“Kalo kita orang dalem juga bukan, nih?”
Kini suara asing yang muncul dari arah depan. Reflek Jeongin, Hueningkai, dan Taehyun mundur dan berdiri di belakang Beomgyu bersama peralatan masaknya. Sang pemilik warung CBG lantas ikut menoleh untuk melihat siapa sang oknum, seketika tatapannya menjadi malas karena langsung bertemu dengan wajah Yeonjun yang tersenyum cerah padanya.
“Hai, Dik Bami, gimana jualan seblaknya, aman?”
“Jangan pake dak, dik, dak, dik, kan langsung aja Beomgyu kataku.”
“Oke siap, Dik Bami. Jadi seblak kamu udah bisa dipesen dari sekarang belum? Kakak Njun mau sarapan,”
Nyatanya ucapan Beomgyu tidak didengar, Yeonjun lebih fokus menatap wajan di depannya yang masih kosong. Anak-anak Malih di belakang Yeonjun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala menatap temannya yang sedang menjalani PDKT ini.
“Seblak-seblak pertama cuma diprioritasin buat yang tanding,”
“Kita juga tanding kok bentar lagi abis anak kelas 10 kelar, tapi emang sekarang si Yeonjun aja ini yang kelaperan minta makan,” sahut Wooyoung, yang sepertinya Beomgyu sedikit mengenal wajahnya karena beberapa kali pernah membelik seblak di warung CBG.
“Lagian emang bukannya kewajiban Beomgyu yang ngasih Yeonjun sarapan? Kan bentar lagi siap jadi calon suami,”
“Ah, bisa aja lu, Jin.”
Ketiga teman Beomgyu saling menahan tawa mereka melihat betapa menyebalkannya candaan Yeonjun dan Woojin yang sekarang saling cengegesan tidak tahu malu. Beomgyu hanya menatap keduanya datar, ia pun melihat ke arah sekeliling yang mendadak ikut ramai. Ia pikir mereka ingin ikut mengantri seblak, tapi sepertinya karena ingin melihat anak Malih ini.
“Cepet mau pesen apa? Tapi kalo makannya sekarang, nanti abis tanding gak dikasih lagi,”
“Iya, cakep, gapapa.” Beomgyu sedikit tersentak dipuji begitu, sementara Yeonjun tersenyum puas, “Mau pesen seblak yang level 2 aja masih pagi takut meledug, terus toppingnya pake telor, mie, batagor lidah, kwetiau-”
“Kwetiau ga ada.” potong Beomgyu cepat.
“Oh ... terus adanya apaan aja?”
“Kerupuk, mie, bakso, makaroni, otak-otak, mie, cuanki, siomay, batagor lidah, telor, bakso.” Beomgyu mendengus sabar, “Jadi mau yang mana?”
“Emm ... yaudah kerupuk, batogor lidah, siomay, cuanki, otak-otak, kwetiau-”
“Kwetiau ga ada anjir, Kak. Kan tadi udah dibilang,”
Anak Malih dan Seblakers lantas tertawa, sementara Beomgyu di sini tertekan sendirian menghadapi makhluk seperti Yeonjun. Apalagi oknum itu sendiri tetap dengan fokus menatap ke arah topping-topping di depannya.
“Kwetiau yang masih keras juga gapapa direbus dulu deh,”
“Ya Allah, mau bangkrut aja saya mah,”
Beomgyu pasrah, sementara Yeonjun akhirnya ikut tertawa geli karena berhasil membuat sosok manis di depannya frustasi. Ia pun berdiri di samping Beomgyu tiba-tiba yang membuat empu stand sedikit bingung.
“Kakak mau bantuin kamu masak, boleh? Toppingnya nanti Kakak yang masukin sendiri deh,”
“Y-ya, terserah,”
Selagi Beomgyu mulai asyik meracik seblak di pagi hari pukul 8 ini, Yeonjun segera memberi isyarat pada Hyunjin dan Woojin untuk segera mendokumentasikan dirinya dan Beomgyu yang sedang memasak. Dua sejoli itu mengacungkan jempolnya dan masing-masing siap dengan ponsel tersembunyi mereka.
“Liat deh kelakuan anak Malih gajelas semua, ini kita bantuin Gyu apa gimana?” bisik Hueningkai pada dua temannya.
Taehyun menggeleng pelan, “Selagi Gyu belum ngasih sinyal minta tolong, kita diemin aja mereka mesra-mesraan.”
Jeongin mengangguk menyetujui, sebenarnya selagi Beomgyu dan Yeonjun asyik menjadi pusat perhatian, itu akan semakin mempermudahnya untuk menatap Hyunjin sambil tersenyum diam-diam juga.
Yang lebih tua pun memulai basa-basinya, “Jadi Adek mau dibantuin apa sama Kakak?”
“Tunggu Adek bikin bumbunya larut dulu, nanti Kakak baru boleh masukin topping- maaf, maksudnya tunggu aku kasih intruksi dulu,”
Wajah Beomgyu mendadak merah karena ia terbawa suasana jadi ikut memanggil dirinya ‘Adek’. Rasanya ia benar-benar ingin memasukkan kepalanya sendiri ke dalam wajan saat ini juga. Sementara Yeonjun juga ikut memerah dan menutup setengah wajahnya memakai telapak tangan.
“Orgil kegirangan noh,” bisik Soobin.
“Zoom, zoom, mukanya kayak nahan berak,” timpal Wooyoung.
Keempatnya terkikik geli kemudian. Acara masak-masak itu masih berjalan lancar yang tanpa disadari benar-benar menjadi tontonan untuk warga sekolah sekitar. Beomgyu sendiri tipe yang cuek dalam hal ini, jadi ia tidak terlalu sadar dan menganggap Yeonjun dan sekelilingnya bukan penganggu.
“Kakak masukin, ya?”
Beomgyu mengangguk, kemudian setelah menunggu beberapa menit toppingnya melunak, Beomgyu pun mengaduknya dan mengambil satu sendok untuk ia berikan pada Yeonjun.
“Mau dicobain dulu?”
Yeonjun mengerjap tidak percaya, “Bo-boleh?”
“Iya ini, rasanya udah pas apa belum?”
Tanpa pikir panjang lagi Yeonjun menerima suapan Beomgyu. Suap-suapan itu benar-benar disaksikan satu lapangan sekolah ini. Kemudian Yeonjun kini mengacungkan jempolnya pada Beomgyu bahwa rasanya sudah pas. Beomgyu hanya mengangguk kecil, sedikit bingung padahal ia hanya memberikan setengah sendok sambal. Lalu mengapa wajah Yeonjun sudah semerah itu?
Selagi mereka asyik bersenang-senang memasak seblak, tanpa sadar ada beberapa bisik-bisik dalam perkumpulan murid yang kini menatap Beomgyu sinis sambil menangkap beberapa gambar foto dirinya dengan Yeonjun sedari tadi.
Ini kedua kalinya bagi Yeonjun untuk merasakan kenikmatan seblak Beomgyu. Bukan karena memang itu buatan si manis, tapi jujur memang racikannya berbeda dari seblak-seblak yang ia makan sebelumnya.
“Jun, makannya cepetan, ini lu gak boleh kekenyangan banget nanti muntah pas lagi maen gimana, jir?”
Yeonjun menyahuti pertanyaan Wooyoung sambil menunjukkan styrofoamnya, “Selow, cug. Nih, udah abis.”
Yeonjun ingin kembali berterima kasih pada Beomgyu, tapi sekarang anak itu sedang sibuk meracik seblaknya untuk para pemain yang tadi baru tanding. Karena tidak ingin mengganggunya lagi, Yeonjun pun segera menyusul anak Malih ke kelas untuk mengganti seragamnya dengan Jersey kelas.
“Kayaknya gua mau ngelakuin sesuatu yang keren bentar lagi,” ucap Yeonjun tiba-tiba ketika selesai memakai sepatu futsalnya.
Woojin menyipit tak senang, “Maksud Lu?”
“Kayaknya lawan kita bukan kelas yang susah, kan? Nanti lu oper banyak bolanya ke gua yak.”
“Wah, paham nih gua,” timpal Hyunjin dari belakang yang juga sudah siap dengan headbandnya.
Yeonjun hanya menunjukkan senyum percaya diri. Serempak anak Malih ikut menjadi perwakilan kelas untuk tanding futsal di classmeet seperti biasanya. Kadang tidak hanya futsal tapi hampir semua jenis pertandingan seperti basket, tarik tambang, voli, dan lain-lain.
Ketika mereka turun dari lantai atas, sudah banyak mata memandang dengan takjub bahkan mereka juga sadar sudah banyak yang memfoto diam-diam.
“Gyu! Gyu! Noh, Kak Yeonjun udah mau main! Ayen itu juga ada Kak Hyunjin!”
Hueningkai menyenggol kedua temannya itu. Jeongin menatap Hyunjin terpesona, sementara Beomgyu hanya menanggapinya dengan bingung.
“Terus kenapa?” balasnya cuek.
“Ya, gapapa, liat aja itu, nah! Nah! Tuh liat Kak Yeonjun ngeliatin kamu!”
Benar saja ketika Beomgyu tidak sengaja menoleh ke arah Yeonjun, tatapan mereka langsung bertabrakan. Saat itu juga Yeonjun menyunggingkan senyum manis andalannya yang membuat Beomgyu sedikit salah tingkah dan segera menatap ke arah lain.
“CIEEE, ganteng, kan? Ganteng, kan?”
“Apa sih, Kayii,”
Beomgyu menggeleng dan langsung pura-pura menyibukkan diri dengan membersihkan noda-noda pada kompor dan mejanya.
Pertandingan antara kelas 12 IPS 3 melawan 11 IPA 2 berjalan dengan lancar. Beomgyu terlalu sibuk dengan dunianya sejak dulu, sampai-sampai ia memang tidak terlalu mengenal orang-orang di sekolahnya bahkan yang sudah terkenal seperti Malih sekali pun. Ia jujur baru mengetahui mereka saat kemarin-kemarin ini.
Beomgyu akui juga ternyata Yeonjun dan anak Malih memang keren saat bertanding. Kalau ia tidak berjualan seblak mungkin ia juga jadi perwakilan untuk ikut tanding futsal kelasnya, lalu ada kesempatan juga untuk melawan dengan kelas Yeonjun.
Tapi setelah itu mungkin mereka akan kembali bertengkar jika kelas Yeonjun kalah, dan warung seblak Beomgyu akan diacak-acak sebagai gantinya.
“Duh, mikir apa sih,” Beomgyu menggeleng-gelengkan kepalanya, ia pun fokus kembali pada pertandingan.
Sudah memasuki babak 2, skor saat ini 03-06 dengan 12 IPS 3 yang lebih unggul. Waktu tanding pun hanya tersisa tinggal beberapa menit lagi, sudah bisa dipastikan kelas anak Malih yang menang.
Tapi sebelum waktu itu berakhir, Yeonjun yang sedang berlari-lari mendekati area lawan pun memberikan sinyal tangan pada Woojin yang sedang menggiring bolanya.
Saat itu juga Yeonjun menatap Beomgyu sambil menunjuk tepat ke arahnya.
“BEOMGYU! YANG TERAKHIR INI BUAT KAMU!”
Satu lapangan berteriak sementara Beomgyu membeku. Mendengar itu Woojin reflek menyeringai dan tanpa pikir panjang mengoper ke arah Yeonjun yang langsung menendang bolanya hingga masuk ke gawang lawan.
“GOLLL!!!!”
Sorakan kemenangan dan juga peluit wasit bersautan menandakan berakhirnya pertandingan yang dimenangkan kelas 12 IPS 3 dengan skor akhir 03-07. Anak Malih bersama tim kelas pun saling berpelukan dan melakukan jargon mereka.
Sementara Beomgyu yang masih membeku di tempatnya tetap jadi pusat perhatian beberapa orang, karena saat ini laki-laki manis itu asyik digoda oleh teman-teman di sekitarnya yang membuat wajah Beomgyu memerah.
“Aduh, gila aku kayak ada di dunia wattpad ape ye,” usil Hueningkai.
“Bukan lagi. Gyu, siap-siap aja bentar lagi lu ditembak kayaknya,” tambah Taehyun.
“Ih, apa sih, udah ah ga usah diomongin, orang aneh gitu,”
Jeongin ikut menyenggol bahunya, “Tuh liat, Kak Yeonjun malah masih curi-curi pandang sama kamu, cie ...”
Beomgyu langsung pura-pura fokus lagi dengan hal lain padahal wajah sampai telinganya memerah malu. Baru pertama kali dalam seumur hidup ia diperlakukan seperti itu oleh seseorang, dan Beomgyu akui ia sedikit merasa senang entah karena apa, menyebabkan ia juga jadi tersenyum-senyum tidak jelas dalam diam ini.
Beberapa orang dari kerumunan pun ternyata masih ada yang memperhatikan Beomgyu sambil mendecih kesal. Ponsel yang ada di tangannya pun mengarah pada aplikasi galeri yang memperlihatkan foto-foto saat Beomgyu bersama Yeonjun di stand seblaknya itu.
“Gue gak tahan, spill gak, nih?”
“Harus!!!” []
© 2021, moawaua.