[🌸] Dia

Kehidupan pernikahan mereka akhirnya sudah berjalan seminggu lebih dan hubungan keduanya juga kian membaik, bukan dalam percintaan, tetapi tidak ada laginya pertengkaran-pertengkaran kecil seperti yang biasa terjadi.

Walau berbeda fakultas dan jurusan, keduanya sering menghabiskan waktu bersama di waktu-waktu menunggu kelas selanjutnya. Bahkan akhir-akhir ini Yeonjun juga jadi lebih perhatian terhadap Beomgyu, entah dalam hal kecil mau pun besar. Seperti sekarang ketika mereka sedang latihan dance untuk sebuah penampilan Minggu ini.

“Gerakan lo masih salah, harusnya bukan tepuk tangan ngasal, tapi 3 kali, sesuai dengan ketukan lagunya,”

“Gini?” Beomgyu mengulang gerakannya, tetapi Yeonjun masih menggeleng.

Yang lebih tinggi mendekat dan meraih kedua lengan Beomgyu untuk ia bimbing, wajah dan tubuh mereka jadi suka berdekatan untuk hal-hal seperti ini. Membuat Beomgyu sering menahan napasnya dan malah gugup, sialnya karena kegugupan itu juga yang membuat mereka semakin lama dengan posisi saat ini.

Taehyun menyenggol pelan lengan Kai yang sedang meneguk minumannya, “Liat deh, enak ye yang udah halal jadi bisa nebar uwu gatau tempat,”

Kai tertawa mendengar Taehyun, “Julid lo beraksi lagi, tapi setuju. Mending kita cie-ciein aja dari jauh biar salting,”

“Jangan anjir, ganggu aja lu berdua, momen kek gini harusnya kita videoin,” usul Soobin yang tiba-tiba datang dengan ponsel siap merekam.

Akhirnya mereka lebih memilih untuk tetap diam duduk di pinggir ruangan sambil tersenyum-senyum meledek, memperhatikan dua insan yang asyik dengan dunia mereka itu. Hingga akhirnya yang lebih pendek menyadarinya, dan seketika sorakan ‘cieee ...’ langsung saja memenuhi satu ruangan.

“Dih, gajelas lo pada.” balas Yeonjun yang sebenarnya juga sedikit salah tingkah.

Latihan tersebut selalu berjalan dengan lancar, mereka berdua memang sangat suka menari dan kegiatan klub ini tidak menganggu aktivitas belajar juga, jadi keduanya sangat menikmati waktu-waktu seperti sekarang sebelum ada jadwal kegiatan lain yang harus mereka lakukan.


Kini mereka sedang melakukan peregangan setelah selesai berlatih untuk hari ini, lebih tepatnya Yeonjun sedang asyik menekuk jari kaki Beomgyu agar kakinya tetap lurus, sementara Beomgyu menatapnya geli, tidak terlalu percaya bahwa mereka bisa seakur ini padahal dulu menyapa saja malas-malasan.

“Duh ilah~ berasa ngontrak gak si lu pada yang ada di sini?” sahut Woojin tiba-tiba.

“Dunia milik yeongyu berdua sisanya ngontrak,” balas Soobin hingga gelak tawa langsung bermunculan di ruangan tersebut.

Yang disindir tentu saja tidak menggubris sama sekali. Ketika merasa sudah cukup, mereka pamit lebih dulu kepada teman-temannya yang masih asyik melakukan peregangan. Keduanya berjalan keluar dari ruang latihan dengan Yeonjun yang merangkul santai bahu Beomgyu di sampingnya.

“Makasih ya, tumben akhir-akhir ini kamu kek perhatian,” ejek Beomgyu.

“Ga suka gua perhatian?”

“Engga, malah aku ngeri takut ada maunya.”

“Kurang ajar.”

Rambut Beomgyu diacak-acak gemas oleh Yeonjun, setelah itu keduanya saling membagi canda tawa bersama. Kadang keduanya juga tidak menyangka bahwa mereka bisa sangat cocok untuk berteman baik, kenapa tidak dari dulu saja mereka berteman? Mungkin jika dulu mereka berstatus seperti itu, perjodohan ini akan semakin berjalan lancar.

“Besok jadi ke kondangan temen Papa, kan?”

“Jadi, kita mau beli sesuatu dulu gak, nih? Jas baru misalnya? Atau lo mau kemeja baru?”

“Boleh aja, aku juga mau ke-”

Ucapan Beomgyu terhenti sesaat ketika Yeonjun menghentikan langkah mereka. Penasaran, Beomgyu langsung saja mengikuti arah pandang Yeonjun, yang menuju ke seseorang yang ia tidak kenal dekat. Ya, salah satu mahasiswa di klub yang sama dengan mereka berdua. Pemuda itu baru saja melewati mereka dan masuk ke dalam ruang latihan.

Lee Haechan namanya.

“Yeonjun, kamu gapapa?” Beomgyu segera menyadarkan Yeonjun, bisa ia lihat raut wajah suaminya itu berubah menjadi sedih, Beomgyu sadar itu.

“Hah? Tadi lu bilang apa? Kayaknya mau ujan nih, kita cabut sekarang aja, ya.”

Yeonjun melepaskan rangkulannya pada Beomgyu. Bahkan sebelum mendengar jawaban dari yang lebih muda, pemuda itu lebih dulu melanjutkan langkahnya. Mendadak Beomgyu merasa bahwa kini kembali ada tembok besar yang membatasi mereka berdua.

Tiba-tiba Yeonjun yang tadi terlihat hangat kembali menjadi dingin. Beomgyu menatap nanar punggung Yeonjun yang semakin menjauh darinya, ia masih diam dan bergelut dengan pikirannya saat ini.

“Kalo emang kalian ga pacaran? Terus dia siapa?” Beomgyu tesenyum miris, “Apa jangan-jangan kalian saling suka?”

Kini ia juga menatap langit yang cerah hingga memperlihatkan bintangnya.

Dari mana mau hujannya, Yeonjun?

Satu-satunya hujan yang mau turun mungkin bukan berasal dari langit, tetapi justru dari netra galaksi Beomgyu yang kini menatap Yeonjun dari kejauhan. []

© 2021, moawaua.