[🌸] Jangan
Langkah kakinya yang jenjang membuat Beomgyu dengan mudah berlari bahkan melompati dua anak tangga sekaligus untuk menuju ke lantai dua. Ia rasa paru-parunya akan meledak karena mengingat larinya begitu kencang seperti kesetanan hanya karena seorang Choi Yeonjun.
Setelah mengetahui bahwa Yeonjun akan segera mendaftar beasiswa ke luar negeri atau bahkan mendaftar kuliah di luar negeri, Beomgyu ingin sekali menghentikannya. Walau memang ia juga belum tentu tahu apakah Yeonjun akan diterima atau tidak, tapi setidaknya ia ada usaha untuk menahan laki-laki itu.
Ya, agar Yeonjun tidak pergi secepat ini dari sisinya.
Beomgyu tidak ingin ada lagi penyesalan. Mereka semua yang memperingatinya itu benar, tidak ada yang salah pada rasa cinta Yeonjun, rasa cintanya, bahkan diri keduanya. Beomgyu juga boleh untuk berusaha mempertahankan orang yang ia sayangi ini untuk tetap bersamanya. Mereka hanya pemuda yang saling mencintai dan tidak ada yang salah dengan hal itu.
“Sorry, Gyu. Gue gak bisa nerima Lo jadi pacar gue,”
Saat itu, Beomgyu dengan usia remaja yang belum ada 15 tahun, mendapatkan kenangan pahit pertama dalam kehidupan percintaan yang membuatnya sangat frustasi sampai detik ini.
“Tapi temen kamu bilang kamu suka sama aku, kamu juga selalu baik sama aku, kamu selalu peduli sama aku, kamu seneng ketika semua orang nganggep kita pacaran ...”
“Iya, itu dulu. Dulu gue suka sama Lo, tapi sekarang udah ngga, Gyu.”
“Kenapa?”
“Udah gak suka aja, Lo beneran pengen tau alesan lainnya? Gue sekarang suka sama orang lain, jadi maaf, tolong berhenti suka sama gue, Gyu.”
Di umur yang belum genap 15 tahun, Beomgyu sudah membangun tembok pada dirinya sendiri untuk tidak percaya apa itu cinta, perasaan suka dan sebagainya jika berakhir seperti waktu itu.
Kisah cinta anak remaja yang tidak bisa dipercaya, yang masih labil, yang hanya bisa menyakiti dengan mudah. Rasa yang kekanak-kanakan dan menyebalkan.
Sejak saat itu Beomgyu tidak percaya dan tidak ingin merasakan apa itu jatuh cinta untuk melindungi dirinya sendiri dari resiko patah hati kembali. Beomgyu takut, Beomgyu trauma. Beomgyu terlalu kecewa untuk perasaan itu, perasaan yang awalnya membuat dirinya bahagia, tapi melukai berkali-kali lipat setelahnya.
Tetapi kali ini berbeda, ada yang berhasil meruntuhkan tembok besar yang sudah susah payah ia bangun. Tembok yang tadinya kokoh perlahan mulai runtuh akibat ketukan-ketukan kecil dari orang asing yang tidak pernah terpikirkan hadir di hidupnya.
Yeonjun datang dalam hidupnya, menghancurkan tembok itu lewat hal-hal kecil yang ia perbuat kepada Beomgyu, yang membuat perasaan di balik tembok kokoh itu kembali muncul ke permukaan.
Perasaan yang Beomgyu tolak, perasaan yang sesungguhnya Beomgyu butuhkan.
“KAK YEONJUNNNNN!!!”
Beomgyu berteriak hingga satu lorong dapat mendengarnya terutama yang memiliki nama itu sendiri. Yeonjun yang sedang berjalan tak jauh dari ruang BK terkesiap dengan teriakan Beomgyu, ia pun menoleh dan menatap anak laki-laki di depannya yang sedang terengah-engah dengan wajah serius.
“Bam- Beomgyu? Kamu ngapain di sini?”
Netra galaksi Beomgyu menatap netra teduh Yeonjun yang menatapnya bingung, tetapi juga menyiratkan kerinduan. Sudah lama sekali rasanya mereka tidak bertatapan dan berbicara belakangan ini.
Ketika melihat Yeonjun sungguhan di depannya pun Beomgyu benar-benar sadar. Ketakutan yang ia alami selama ini harus segera ditaklukkan. Ia boleh, ia boleh untuk merasakan perasaan itu lagi, ia boleh untuk kembali memulai kisah yang baru, ia boleh untuk mencintai lagi, ia boleh untuk kembali berharap dengan perasaan ini, ia boleh untuk memiliki perasaan yang sama dengan Yeonjun.
Ia menemukan bahagianya bersama Yeonjun, bahagianya yang selama ini tertahan dan tertutup karena semua penolakannya.
Karena menurut Beomgyu, Yeonjun juga bukanlah orang yang salah untuk dicintai.
“Kak, ada yang mau aku omongin sejujur-jujurnya sama Kakak,”
“Ngomong apa ... Gyu?”
Mata Beomgyu langsung memanas, ia mengambil napasnya dan mengembuskannya perlahan.
“Aku ... aku gak mau Kakak kuliah di luar, semua juga setuju kalo Kakak bisa di sini, Kakak pasti bisa! Bukannya Kak Yeonjun biasanya keras sama kemauan Kakak?”
“Maksud kamu?”
“Seperti gimana Kakak selalu berusaha deketin aku walau udah aku tolak berkali-kali, Kakak bisa egois lagi demi kebahagiaan Kakak, jadi kalau Kakak gak mau kuliah di luar itu gak papa ...”
Yeonjun menatap Beomgyu intens, “Sebenernya apa inti yang mau kamu omongin, Gyu?
Ditanya seperti itu Beomgyu akhirnya menyerah. Air matanya lolos begitu saja, ia menangis tanpa bisa dicegah lagi.
“Aku gak mau Kakak kuliah di luar negeri, aku ... mau Kakak tetep di sini, jangan tinggalin aku ...”
Bahu Yeonjun seketika merosot mendengar ucapan Beomgyu barusan. Ia menatap yang lebih kecil dengan tatapan pasrah. Sementara Beomgyu tetap menatapnya dengan tatapan memohon.
Bukan tanpa alasan keduanya berdiri di lorong lantai 2 seperti ini, Beomgyu yang ingin menghampiri Yeonjun sebelum ia mendaftar, sementara Yeonjun yang bukan berasal dari perpustakaan melainkan ruang BK sejak tadi.
Menanggapi permintaan Beomgyu, Yeonjun pun menggeleng pelan dan Beomgyu bisa merasakan tubuhnya merinding saat itu juga.
“Gak bisa, Beomgyu.” ia tersenyum miris, “Kakak udah daftar.” []
© 2022, moawaua.