[🌸] Jawaban
Seumur hidup Yeonjun, ia tidak pernah menjadi orang yang turun langsung dalam menghadapi suatu masalah. Terbiasa hidup diselimuti kemewahan yang memanjakan membuat ia selalu menjadi pihak yang menerima jadi selesainya kasus. Memanggil sepuluh bahkan seratus detektif dan polisi bukan masalah untuknya selagi ia tidak ikut turun tangan langsung.
Yeonjun bahkan tidak pernah sedetik pun memikirkan hal tersebut terjadi dalam hidupnya, seperti menyamar sebagai detektif, memecahkan kasus itu sendiri, atau bahkan takut membuat seseorang marah karena ia bertindak semaunya dalam mengusir masalah tersebut. Seseorang itu bernama Choi Beomgyu.
Choi Beomgyu yang sama, Choi Beomgyu yang sangat ia cintai sepenuh hati.
Katakan Yeonjun berlebihan karena memang benar adanya. Ia sangat ingin membajak ponsel Beomgyu, bahkan menyebar detektif untuk mengetahui apa masalah yang disembunyikan lelaki itu. Karena jika hartanya sudah berlebihan mengapa tidak melakukan sesuatu yang berlebihan juga? Apalagi dalam rangka mengkhawatirkan orang yang ia cintai. Jangan pernah menghakimi Yeonjun tentang betapa besar cintanya pada Beomgyu yang membuat ia akan melakukan apa pun hanya untuknya.
Seperti sekarang ini, di umurnya yang ke-27 tahun ia masih saja mendatangi salah satu kampus untuk menemui mahasiswa yang paling ia khawatirkan terjadi hal buruk padanya. Akibat tidak ingin melakukan hal-hal yang seperti ia rencanakan di atas karena akan menggangu privasi Beomgyu, kini Yeonjun sibuk berpura-pura menjadi mahasiswa itu sendiri untuk berbaur diam-diam dengan Beomgyu, walau sepertinya semua orang di sini sudah mulai sadar bahwa itu dirinya.
“Ehm, maaf, apakah kamu tahu di mana Choi Beomgyu berada? Saya temannya dari kampus lain,” tanya Yeonjun pada mahasiswa yang sekilas ia lihat pernah satu kelas dengan Beomgyu.
Temen dari kampus lain? Jelas-jelas ini si Om Yeonjun itu, batin teman Beomgyu heran.
“Kalau gak salah Beomgyu tadi baru aja keluar ditarik sama Jay,”
“Jay? Siapa dia?” dahi Yeonjun menekuk tak suka.
“Pacarnya? Temennya? Gak tau saya, coba lewat pintu belakang, biasanya di situ tempat sepi,”
“Tempat sepi? Memangnya mau apa mereka berdua?”
Yeonjun mengeluarkan aura gelap mengintimidasi yang membuat mahasiswa itu sedikit bergidik ketakutan dan ingin pembicaraan ini segera berakhir.
“Sa-saya gak tau, coba Om kejar aja sekarang, belum lama kok!”
“Ba- Om?” detik itu Yeonjun sadar bahwa penyamarannya telah gagal dilakukan sejak tadi, “Baiklah, terima kasih. Ini untuk kamu jajan.”
Selembar lima puluh ribu rupiah diberikan pada mahasiswa itu yang langsung bersorak gembira dan menyemangati Yeonjun untuk mengejar Beomgyu. Setelah ia tanya-tanya kembali pada orang di sekitar koridor, semua mengarah pada tempat di belakang bangunan kelas yang memang sebuah taman sempit tempat mahasiswa biasa untuk membolos atau merokok.
Yeonjun dari awal punya perasaan buruk mengetahui hal itu, tetapi ia juga tidak boleh gegabah. Beruntung kakinya yang panjang bisa mempercepat ia untuk sampai pada lokasi tujuan di mana ia langsung bisa melihat Beomgyu yang sedang berdiri berhadap-hadapan dengan laki-laki lain yang belum pernah Yeonjun lihat sepanjang hidupnya.
“Mau ngomong apa lagi?”
Beomgyu mulai bersuara dan Yeonjun sebisa mungkin bersembunyi di balik pohon besar yang tak jauh dari sana. Dari nada suara Beomgyu sepertinya ia sedang menahan sesuatu.
“Kenapa gak dibales chat gue? Lo sebenernya malu atau engga kalo ternyata selama ini dipake sama Om-Om?”
Yeonjun mendelik tidak suka, apalagi mendengar nada bicara Jay yang sangat meremehkan Beomgyu bahkan sampai membawa dirinya sebagai objek pembicaraan.
“Maksud lo?”
“Kok malah jadi lo yang gak ngerti sama hubungan kalian, sih?” Jay mendengus pelan, “Bukannya sekarang lo sendiri yang mau go public?”
“Gue gak ngerti lo ngomong apa,”
Beomgyu di sini berkata jujur, sebenarnya inti dari maksud Jay ini apa? Mengapa tiba-tiba Jay muncul lagi dalam kehidupannya setelah ia sudah lupa tentang insiden penolakan itu?
Ketika ia menolak Jay, lelaki itu mulai menghilang perlahan, ia mencoba menghubungi laki-laki itu tapi Jay memilih untuk marah dan memutuskan tali hubungan pertemanan mereka.
Beomgyu bisa menerima itu semua, karena menurutnya hal itu terserah pada keputusan Jay karena mungkin Beomgyu memang menyakiti hatinya. Tetapi sekarang? Setelah ia sudah hampir melupakan insiden itu mengapa tiba-tiba Jay mengusiknya dan mulai melakukan hal yang menurutnya benar seperti sekarang ini?
“Lo sama si Om-Om itu pasti punya hubungan gelap, kan?”
“Jay!”
Hati Yeonjun sangat sakit melihat Beomgyu yang sekarang berusaha keras untuk menahan amarah dan tangisnya. Ingin rasanya ia keluar dari tempat persembunyian secepat mungkin, tapi ia sangat takut jika justru Beomgyu marah padanya dan malah memperkeruh suasana.
“Gue udah bilang sama lo dulu. Kenapa? Kenapa lo tetep milih buat sibuk kerja padahal gue udah siap biayain lo semuanya! Dan ternyata jawaban yang ada sekarang bener, kan? Lo ternyata kerja sama si Om, jadi pelacurnya.”
“Tolong jangan bawa Om Yeonjun sama sekali dalam masalah ini dan gue bukan kerja sama dia! Gue gak ada hubungan apa-apa sama dia!”
Jay mendecih tak suka, “Dianter jemput setiap ngampus, diajak makan, diajak jalan-jalan, dijajanin, apa emang namanya kalo bukan punya hubungan spesial? Temen gak ada yang kayak gitu, apalagi perbedaan umur lo sama dia, mikir Gyu!”
Jay ada benarnya. Memang sebenarnya hanya ia dan Yeonjun saja yang menganggap hubungan mereka sebagai teman dan Yeonjun menamainya dengan sebutan TTC. Tetapi bukan berarti itu menjadi sebuah hubungan gelap yang tidak sehat meski mereka terpaut umur yang jauh!
Bagaimanapun Beomgyu akan menjelaskan hubungannya yang tidak jelas ini bersama Yeonjun, pasti Jay juga tidak akan percaya karena laki-laki itu sudah telanjur membencinya. Ia juga tidak ingin membela diri yang nantinya takut membuat nama Yeonjun jadi jelek. Mau tidak mau Beomgyu kali ini akan mengalah untuknya lagi.
“Oke, suka-suka lo mau bilang gue apa aja, terserah juga lo mau ngapain gue, mau gebukin, mau bikin gue makin miskin, terserah Jay,” Beomgyu sudah menyerah, ia tidak ingin menyakiti siapa pun lagi karena dirinya, “tapi tolong jangan pernah bawa-bawa Om Yeonjun,”
“Kenapa? Lo takut karena hubungan gelap lo berdua bakal ketauan?”
Jay menyeringai licik, tetapi setelah melihat gelengan kepala Beomgyu ia sedikit kecewa.
“Karena gue gak mau Om Yeonjun dapet hujatan dari siapa pun. Dia orang baik, paling baik yang pernah gue kenal, gue gak mau hal buruk terjadi sama dia, gue gak mau dia sakit hati,”
Berhubung waktu dan suasananya tepat, Beomgyu juga akan jujur soal perasaannya pada Jay selama ini.
“Alasan gue nolak lo waktu itu juga bukan karena gue fokus mau kerja aja! Gue sebenernya juga suka sama lo Jay, tapi cuma sebatas suka terhadap temen, dan gue sayang juga sama lo, seperti gue sayang sama Soobin, Taehyun, dan Hyuka,”
“Kalo rasa suka sama Om Yeonjun? Apa rasa suka lo beda buat dia?”
Yeonjun menahan napasnya begitu pertanyaan itu dilontarkan langsung. Sementara Beomgyu kembali menjawabnya tanpa perlu pikir panjang.
“Iya. Jadi gue mohon sama lo Jay, sakitin gue sepuas yang lo mau, tapi tolong jangan Om Yeonjun. Tolong jangan dia.”
Jay melihat adanya keseriusan yang amat sangat kuat dalam ucapan Beomgyu. Bahkan mata rusa cantik yang begitu ia dambakan menatapnya tajam seakan menunjukkan bahwa ia tidak takut sama sekali pada dirinya demi melindungi orang yang ia sayang.
Ternyata lo bahkan udah jatuh cinta banget sama dia ya, Gyu?
Jay mengusap wajahnya kasar perlahan, ia tertawa menyedihkan dalam hati. Pembicaraan singkat ini sudah mejawab semuanya. Niat ia yang sebenarnya bukan ingin mempermalukan Beomgyu tentang hubungan rahasia mereka, melainkan justru ingin membuatnya jijik dengan kehadiran Yeonjun tetapi nyatanya tidak berhasil.
Ia ingin mengungkap hubungan mereka dan melihat bagaimana reaksi Beomgyu, apakah benar ia takut hubungan mereka akan ketahuan dan ia akan melindungi dirinya sendiri? Atau justru ia menyalahkan Yeonjun atas hal ini dan memohon maaf sambil menangis histeris kepada Jay atas semuanya?
Namun, tidak ada jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut. Hanya ada jawaban lain yang menjadi jawaban paling benar, bahwa Beomgyu memang tidak pernah menyukainya sedikitpun dan kini justru sudah jatuh cinta pada orang lain yaitu Yeonjun.
“Sudah selesai bicaranya? Bisa saya yang sekarang berbicara?”
Beomgyu dan Jay lantas terkejut dengan kehadiran Yeonjun yang secara tiba-tiba berada di dekat mereka. Wajah Beomgyu juga langsung memerah karena menyadari bahwa dari tadi Yeonjun mendengar segala ucapan yang ia katakan tentang pria itu.
“Om- Om, ke-kenapa ada di sini? Eh- Om kok- duh, Om tadi denger semuanya? Enggak, kan? Om, aduh,”
Dalam sedetik Beomgyu menjadi gagap, sementara Yeonjun tetap mendekati mereka berdua dan kini berdiri di depan Beomgyu untuk berhadapan langsung dengan Jay yang sepertinya sudah tidak berniat untuk melanjutkan ucapannya lagi.
“Park Jongseong atau Park Jay, ternyata anda anak Tuan Park yang sudah menjadi rekan bisnis kami selama bertahun-tahun, saya baru saja mendapatkan banyak informasi mengenai data diri anda,”
Yeonjun tersenyum sambil mengangkat ponsel, tapi wajahnya tidak menunjukkan keramahan sama sekali.
“Membiayai Beomgyu kata anda? Jangan membuat saya tertawa, saya bahkan belum mendapat izin sama sekali dari Beomgyu untuk melakukan hal itu,”
Yeonjun menggeleng-gelengkan kepalanya heran sebelum ia menegakkan tubuhnya untuk berbicara tegas, tak ada lagi senyuman, membuat Beomgyu dan Jay menjadi terlihat lebih kecil, tidak hanya kecil ukuran tubuh tapi juga kedudukan. Jujur Beomgyu akan menangis gemetar jika ia yang berada di depan Yeonjun saat ini.
“Pertama-tama, anda miskin, semua uang dan harta tersebut adalah milik orang tua anda. Oh, bukan hanya miskin harta tetapi juga miskin akal pikir dan hati nurani. Memfitnah orang lain dan menyebutnya pelacur? Bagaimana bisa sesama manusia tidak memanusiakan manusia?”
Jay sudah mati kutu tidak ingin melawan, sementara Beomgyu hanya bisa merinding takut tidak ingin ikut mengeluarkan suara karena Yeonjun tetap berdiri tegap dan menatap Jay dengan pandangan menusuknya.
“Jangan samakan anda dengan saya, hidup saya lebih 7 tahun dari anda, ada bisnis yang sudah saya kelola sendiri walau memang berkat papa saya semuanya. Tapi jika saya bisa sombong, dengan harta saya, saya bisa saja membuat anda tambah miskin, memutus perekonomian keluarga anda, membuat anda dikeluarkan dari kampus, meratakan rumah anda dan sebagainya. Tapi saya tidak akan melakukan hal tersebut karena pikiran saya tidak pendek seperti anda. Lebih tepatnya karena saya juga mencintai Beomgyu.”
Beomgyu sontak berdebar lebih kencang mendengarnya, wajahnya memanas, beruntung ia masih berada di belakang Yeonjun dan hanya mampu mendengar suaranya. Tapi sangat disayangkan karena berada di posisi itu, Beomgyu jadi tidak bisa melihat wajah Yeonjun yang mulai melunak dan kini terpatri senyuman tulus di wajah tampannya yang damai.
“Jika itu saya yang dulu mungkin saya akan lakukan, tetapi tidak setelah saya bertemu dengan Beomgyu, dia mengajarkan dan menyadarkan saya atas banyak hal. Saya bukan sugar daddy seperti yang anda pikirkan, saya juga bukan orang kaya dengan harta melimpah yang bisa mendapatkan segalanya, saya hanya pria berumur 27 tahun yang mencintai Beomgyu apa adanya, mau dia mencintai saya atau pun tidak.”
Kini Jay memberanikan diri untuk bertatapan langsung dengan Yeonjun yang masih mempertahankan senyumnya ketika ia mulai membayangkan Beomgyu dalam benaknya.
“Anda mempertanyakan hubungan kami? Hubungan kami hanya sebatas teman, Beomgyu menolak lamaran saya di hari pertama kita bertemu dan saya sangat bersyukur dia masih mau menerima saya menjadi temannya untuk sekarang. Teman yang mencintai sepenuh hati, dan saya tidak akan suka jika ada orang yang menyakiti hati dia bahkan saya sekalipun.”
Jay bisa merasakan tidak adanya kebohongan dalam ucapan Yeonjun, pria di depannya ini benar-benar tulus. Meski kalimatnya terdengar berlebihan tapi ia sangat berterus terang dan memegang kuat setiap ucapannya.
Ah, Gyu. This guy’s hopelessly in love with you.
“Jadi jika anda sekali lagi mencoba untuk menyakiti Beomgyu, anda harusnya sudah paham harus bagaimana, bukan?”
Jay masih saja diam dan hanya bisa memperhatikan Beomgyu yang juga masih belum bisa memeroses keadaan. Yeonjun juga langsung meraih pergelangan tangann Beomgyu untuk mengajaknya pergi, tetapi sebelum itu ia kembali menatap Jay dan memberikan tatapan tajam untuk terakhir kali.
“Jangan pernah dekati Beomgyu lagi.”
Beberapa detik kemudian mereka berdua langsung meninggalkan Jay yang diselimuti perasaan malu, bersalah, dan mungkin beban yang juga sedikit terangkat. Kedua bola matanya mengikuti bagaimana Yeonjun menarik Beomgyu untuk segera menjauh darinya, tidak dengan paksaan tapi justru berupaya untuk melindungi laki-laki itu.
Membuat Jay semakin sadar dan menemukan satu jawaban simpulan akhir bahwa tidak ada lagi kesempatan untuknya dalam mendapati Beomgyu, karena ia yakin tidak ada juga satu orang pun yang bisa menandingi betapa besarnya cinta Yeonjun untuk Beomgyu.
Tidak sama sekali. []
© 2022, moawaua.