[🌸] Kamar
Yeonjun yang tidak juga membalas pesan mereka di grup Dobleh membuat Woojin kepikiran. Apalagi ketika ia mencoba mengirim pesan ke temannya satu per satu, tidak ada satu pun yang membalas dan malah menimbulkan kecurigaan besar darinya.
“Oke, gua bakal cari tau sendiri.” tekad Woojin.
Tanpa pikir panjang, Woojin langsung melesatkan motornya ke rumah Yeonjun saat itu juga. Kecurigaannya saat ini hanya sebatas Yeonjun yang membuat anak Dobleh marah, entah karena kata-katanya atau perbuatannya. Woojin masih belum bisa menyimpulkan itu semua.
“Jin, kok tiba-tiba?”
Yeonjun datang membukakan pagar rumahnya yang besar, mempersilakan Woojin masuk beserta motornya. Seperti dugaan Woojin bahwa Yeonjun juga belum mengecek sama sekali pesan-pesan mereka di grup dilihat dari penampilannya.
“Lo belum cek HP, yak?”
“Wah, iya. HP gua masih dicas, udeh Jin langsung ke kamar gua aja.”
Gelagat Yeonjun juga terlihat santai, dengan tampilan seperti orang bangun tidur yang tidak ada masalah. Oke, untuk keadaan Yeonjun di luar terlihat normal, tapi tidak tahu dengan keadaan hatinya, bukan?
Woojin langsung duduk di kasur Yeonjun, menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan ketua geng mereka itu. Kamar Yeonjun masih terlihat rapih dan juga nyaman seperti biasa mereka datang, jadi Woojin tidak akan terlalu tegang untuk membicarakan hal sensitif ini padanya nanti.
“Jun, sebenernya gua mau ngomongin ini,”
Woojin pun membuka percakapan tersebut saat Yeonjun baru kembali untuk mengambilkannya minum.
“Ngomongin apaan?”
“Anu, kata anak Dobleh gue suruh nanya aja langsung sama Lu,”
“Iya tentang apaan?”
“Duh, apa sih ya gue gatau makanya gue nanya Elu,”
Woojin frustasi tapi Yeonjun tetap menatap si gingsul heran, “Gua gangerti, lu ada masalah? Apa mau minta saran?”
“Deh, apa si, justru elu yang ada masalah, kan? Gini dah, Jun. Lu sekarang mending cerita ke gue, abis itu kita cari jalan keluarnya sama-sama, gak baik maen rahasia-rahasiaan apalagi soal masalah penting sama temen, Dobleh tuh udah jadi keluarga kedua buat gue dan gue gamau kita ada slek kayak begini, gue mau kita akur kembali seperti sedia kala,”
Yeonjun menyipit tidak mengerti dengan ucapan panjang lebar Woojin yang terkesan sangat serius, ia memilih untuk membuka laci di kolong kasurnya, lalu setelah itu mendecak kecewa karena melihat laci tersebut kosong tak ada apa pun.
“Gua ga ngerti lo ngomong apaan, yang jelas gue bentaran mau ke warung dulu ye, mau beliin cemilan.”
“Anying, yaudah terserah.”
Yeonjun pun pergi dari kamarnya, meninggalkan Woojin sendirian dengan rasa penasaran yang belum juga hilang. Awalnya Woojin berniat untuk sekadar merebahkan diri saja sambil bermain ponselnya, tetapi ponsel Yeonjun yang sedang tergeletak di kasur tiba-tiba bergetar sebentar, menandakan adanya notif masuk.
Woojin hanya meliriknya sekilas, tetapi kemudian matanya memicing ketika notif tersebut berasal dari kontak yang dinamai dengan emoji hati berwarna hitam. Ingin mengabaikan hal itu, tapi detik kemudian Woojin baru sadar bahwa itu seperti bukan ponsel milik Yeonjun yang biasanya.
“HP dia dua?”
Woojin meneliti ke sekitar kamar Yeonjun, ia menemukan ponsel lain yang ternyata benar saja sedang diisi daya, ponsel itu adalah ponsel Yeonjun yang ia kenal.
Bukan bermaksud lancang, tapi Woojin sekadar ingin menghilangkan rasa penasarannya saja. Ia berjanji hanya sekilas melihat isi pesannya, ia akan meletakkan ponsel itu kembali. Dengan cepat tangannya meraih ponsel tersebut, dan dalam 1 detik saja matanya langsung melotot melihat lockscreen yang digunakan Yeonjun.
“Ini ... kayak gue kenal?”
Terpapar jelas foto selfie orang yang sedang tersenyum lucu. Woojin tidak mau mengakuinya tapi laki-laki itu mirip Beomgyu. Tapi entah mengapa sangat berbeda, Beomgyu yang biasa mereka lihat itu kan yang berwajah garang nan cuek, tidak menggemaskan seperti yang ada di lockscreen Yeonjun ini.
Tapi jika memang itu Beomgyu bagaimana? Mengapa harus Beomgyu yang ada di sana?
“Duh, anjing, gamau nih gue mikir aneh-aneh,”
Dengan sedikit tergesa-gesa akhirnya Woojin membuka ponsel yang ternyata tidak dikunci itu. Kini ia juga bisa melihat homescreen Yeonjun yang kembali menggunakan foto Beomgyu.
“Yah, si bangsat naksir nih keknya ...”
Woojin akhirnya langsung membuka aplikasi pesan tadi dan memilih kotak masuk yang berasal dari kontak dengan emoji hati berwarna hitam. Lagi-lagi melihatnya membuat Woojin lemas, kontak tersebut adalah milik Beomgyu.
“Anjir ...”
Belum lagi pesan-pesan yang ada di dalamnya, ia menggulir isi pesan tersebut untuk melihat percakapan mereka. Mulai dari pesan-pesan yang menunjukkan bahwa mereka berselisih seperti,
“Hah ... cium-cium?”
mereka yang berpura-pura,
“Bangsat ditipu kita selama ini ...”
mereka yang saling menyalurkan kerinduan,
“Oalah, jancok. Ternyata itu alesan dia tau-tau pulang brengseekkkkk.”
bahkan isi pesan jorok yang tidak bisa Woojin baca lagi selanjutnya.
“Orang gila, orang mesum bajingaannn,”
Hanya umpatan-umpatan yang bisa ia keluarkan saat ini. Apa mungkin ini yang membuat teman-temannya juga menyalahkan Yeonjun? Ternyata ini masalahnya? Rahasia tentang hubungan Yeonjun dan Beomgyu? Woojin masih ingin berpikir positif satu kali lagi bahwa mungkin mereka hanya enemies with benefits?
Tapi ketika ia membuka galerinya, mata Woojin langsung melotot lebar. Ada banyak sekali fotonya bersama Beomgyu bahkan foto Beomgyu sendiri. Terlebih lagi ketika ia melihat ada satu foto yang waktu itu pernah disebar ke base sekolah. Foto ciuman sialan itu, yang ternyata ada banyak dengan angle foto yang juga berbeda.
“Anjing ... hahaha, jadi dia sendiri juga yang udah mancing kita dari awal?”
Sama seperti secepat ia datang ke rumah Yeonjun, secepat itu juga ia beranjak dari kamar tersebut dan melarikan diri dari sana sebelum Yeonjun datang. Seperti maling yang takut tertangkap basah, Woojin bergegas menyalakan motornya dan melesat secepat kilat.
Sepanjang perjalanan pulang Woojin hanya menggeleng-geleng tidak percaya, sungguh kepalanya sangat pusing. Apalagi penyebabnya adalah fakta bahwa Yeonjun ketua gengnya, berpacaran dengan Beomgyu yang juga ketua dari geng musuh terbesar mereka. []
© 2021, moawaua.