[🌸] Maaf

Yeonjun tanpa pikir panjang langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini, tapi yang jelas ia memang harus segera menghampiri suami kecilnya itu dan membawanya pulang. Malam ini tentu tidak terlalu ramai, tetapi tetap saja kedatangan Yeonjun di fakultas ilmu budaya ini menjadi pusat perhatian bagi mereka yang masih ada kegiatan di sana.

“Liat Beomgyu?” pemuda itu bertanya pada salah satu mahasiwa yang terlihat takut, karena nada Yeonjun bukan seperti bertanya melainkan memaksa.

“G-gatau, coba tanya anak sekelasnya,”

Yeonjun kemudian menghampiri salah satu wajah yang pernah ia lihat di kelas Beomgyu ketika menjemputnya pulang.

“Lo temen sekelasnya Beomgyu, kan? Liat Beomgyu ke mana?”

Yang ditanya tiba-tiba padahal sedang asyik bercanda pun mendadak gugup, “Kalo gak salah tadi dia bilang mau ke kafe 1313,”

“Makasih.”

Tanpa berlama lagi Yeonjun membalik badannya dan meninggalkan tatapan bingung dari mereka semua. Kakinya yang panjang membawanya cepat sampai ke kantin, matanya yang tajam menyapu seluruh ruangan untuk mencari keberadaan Beomgyu.

Sampai akhirnya ia berhasil menemukannya. Di sana sosok mungil yang ia cari nyatanya sedang tertawa bersama sosok laki-laki lain yang sudah ia duga. Mata Yeonjun memicing tidak suka. Tanpa aba-aba lagi ia berjalan mendekat dan meraih tangan kecil pemuda itu untuk beranjak dari sana.

“Ayo, pulang.”

Si manis terperanjat, “Yeonjun?”

Lucas yang berada di depan Beomgyu lantas ikut berdiri dan menatap Yeonjun kesal.

“Lo ini apa-apaan? Lepasin Beom-”

“Gua suaminya.”

Yeonjun menatap Lucas tajam dan penuh penekanan pada kata-kata yang baru saja ia deklarasikan.

Menyadari posisi tersebut akhirnya Lucas mengulum seringainya dalam diam. Pasangan ini benar-benar menarik perhatiannya. Ia pun mengulurkan tangannya untuk mengajak Yeonjun bersamaan.

“Jadi lo si Yeonjun itu? Kenalin gue Lucas, di sini Beomgyu sama gue cuma belajar jadi-”

“Lo yang bukan siapa-siapanya bisa diem, gak? Gua gak ada urusan sama lo.” ia pun menarik tangan mungil suaminya lagi, “Ayo, pulang.”

Beomgyu yang merasa bahwa ada hawa gelap yang mengelilingi Yeonjun pun juga ikut panik. Apalagi tatapan dari orang-orang yang mulai berbisik-bisik.

“Yeonjun, lepasin banyak ora-”

“Ini kafe rame, jangan sampe gua berisik, oke?” Yeonjun kini juga menatapnya tajam.

Beomgyu rasa suaminya ini benar-benar marah, tanpa pikir panjang ia pun membereskan barang-barangnya dengan cepat. Lucas kemudian hanya memandang mereka dengan tatapan cuek, tapi ia juga tersenyum tipis sambil menganggukan kepala ketika Beomgyu menatapnya dengan perasaan bersalah.

“Hati-hati.” ucapnya pelan.

Mereka menjadi pusat perhatian sepanjang jalan ke tempat parkir dengan Yeonjun yang tetap setia menarik paksa tangan Beomgyu hingga pergelangan tangan pemuda itu memerah. Beomgyu tidak mengerti mengapa Yeonjun marah, bukannya ini sudah menjadi kesepakatan mereka untuk bisa menjalin hubungan dengan yang lain? Kenapa pemuda itu malah menggeretnya menjauh?

“Yeonjun, sakit ...” cicit Beomgyu.

Reflek Yeonjun melepas genggamannya ketika mendengar suara itu, bertepatan dengan mereka yang sudah sampai di tempat parkir dekat taman yang sepi. Sebelum bisa mengucapkan sepatah kata pun, Yeonjun sudah membalik badannya dengan mata tajam mengintimidasi Beomgyu.

“Abis ngapain?”

Beomgyu bergidik dibuatnya, “Belajar, kan bentar lagi ulangan semester,”

“Kenapa harus sama cowok lain? Hm?”

“Emangnya kamu mau nemenin dan ngajarin aku? Enggak, kan?”

Beomgyu melawan tidak terima, sementara Yeonjun semakin mengeraskan rahangnya.

“Lo tau gak lu siapa?” Beomgyu ditanya seperti itu tapi ia tetap diam, “Lo ini udah jadi suami orang, dan orangnya itu gua! Apa lo gak malu kalo diliat banyak orang lagi jalan sama cowok lain yang bukan suaminya? Gimana kalo langsung dijadiin berita? Apa kata mereka nanti?!”

Yeonjun membentaknya galak, Beomgyu tentu terkejut bahkan matanya memanas saat itu juga. Bisa-bisanya ia pihak yang mencoba untuk mencari jalan keluar tetapi justru ia juga yang harus dicaci-maki? Lagi-lagi Beomgyu tidak diam saja dan langsung membalas bentakan Yeonjun.

“Emangnya kamu pikir aku ngapain sama dia?! Dipikir aku pacaran diem-diem? Padahal kamu yang sebenernya kayak begitu! Kenapa aku doang yang diomelin?!”

“Hah? Gua?”

Beomgyu tidak tahan, akhirnya ia menangis saat itu juga, “Aku begini juga karena mau ngejauh dan biar kamu punya waktu sama Haechan ... aku- aku tau kamu suka sama dia, kan?”

Seperti tertangkap basah, Yeonjun melunakkan garis wajahnya. Ia kini menatap Beomgyu yang sekarang terisak. Beomgyu benar, padahal dirinya sama saja. Bahkan mereka juga sudah membuat perjanjian untuk tidak terlalu mengurusi urusan pribadi. Mengapa Yeonjun bisa melupakan hal itu?

Choi Yeonjun tolol.

Terbesit rasa bersalah setelah mendengar pengakuan polos dan jujur dari lelaki manis di hadapannya. Bagaimana bisa Yeonjun egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri selama ini?

“Gyu ...”

Beomgyu masih terisak tapi ia tetap melanjutkan ucapannya, “Aku ini emang dasarnya perusak hubungan kalian,”

“Ngga, Beoms-”

“Aku paling gak suka kalo udah ngerepotin orang, ngerugiin orang,”

“Beomgyu-”

“Apalagi orang itu suami aku sendiri, jadi emang lebih baik juga kalo aku-”

Ocehan Beomgyu terhenti begitu saja ketika Yeonjun menariknya mendekat hingga bibir Yeonjun lebih dulu membungkam miliknya.

Beomgyu membeku saat itu juga, sementara Yeonjun malah memejamkan matanya seraya terus mencium bibir Beomgyu untuk beberapa saat. Bukan ciuman penuh nafsu, tetapi ciuman lembut yang ia berikan untuk kedua kalinya pada Beomgyu seorang.

Ketika ciuman itu terlepas, Yeonjun langsung menarik Beomgyu ke pelukannya. Ia menenggelamkan kepalanya pada bahu Beomgyu, sementara yang dipeluk hanya tetap diam, sebelum suara parau Yeonjun terdengar yang membuat hatinya tersentuh dalam sekejap.

“Maaf. Sebentar aja kita kayak gini. Bisa, kan?”

Beomgyu menyerah. Ia memilih untuk membalas pelukan Yeonjun yang semakin mengerat. Ia usap-usap punggung yang terlihat lelah itu. Entah kenapa Beomgyu yang tadinya masih marah dan kecewa mendadak melunak lagi. Padahal sudah biasanya ia marah kepada laki-laki itu, tetapi untuk kali ini berbeda. Beomgyu merasakan ada sesuatu yang aneh mulai hadir di dalam dirinya yang berhubungan dengan Yeonjun.

“Ya, lo bener, gua emang suka sama Haechan,” tiba-tiba Yeonjun bercerita, tetapi Beomgyu tidak ingin menanggapinya lebih dulu, “tapi kita gak pacaran. Dan ya, gua ngajak dia nikah juga sebelum nikah sama lo, tapi dia gak mau nikah muda, dia masih mau ngejar karirnya dan gua menghargai keputusan dia. Jadi ... percuma juga seandainya nanti kita cerai, dia juga belum tentu mau nikah sama gua atau engga.”

Beomgyu tersenyum miris, ternyata Yeonjun memang sudah memikirkan tentang perceraian mereka dengan serius sejak awal.

“Maafin gua. Gara-gara masalah gua yang gak jelas lo jadi terlibat dan bahkan sampe nangis kayak gini, maaf udah buat lo mikirin sampe sejauh ini dan nyuruh lo gak usah ikut campur.”

Merasa bahwa Yeonjun tidak lagi melanjutkan ucapannya, Beomgyu perlahan melepaskan pelukan Yeonjun dan mempertahankan senyumnya seraya menatap langsung pada kedua netra cokelat gelap itu.

“Akhirnya kamu mau cerita juga, lain kali kalo ada apa-apa kamu bisa cerita sama aku, jangan anggep aku sebagai suami aksesoris, kita udah gak musuhan, kan? Jujur aku gak mau ada rahasia di antara kita terutama hal sepenting ini,”

Yeonjun jadi merasa sangat bersalah telah membentak Beomgyu tadi, ia hanya tersulut emosi melihat miliknya bersama orang lain sampai tidak sadar telah melakukan hal fatal dengan melampiaskannya pada Beomgyu. Ia pun perlahan menghapus air mata yang membekas di pipi merah Beomgyu dengan kedua ibu jarinya.

“Maaf, gua pikir masalah pribadi ini lo gak perlu tau karena takut lo jadi ikut bermasalah,”

“Dengan kamu begitu justru aku malah tetep terlibat, kan?”

Yeonjun mengembuskan napasnya gusar, “Gua jujur gatau lagi soal hubungan gua sama dia, gua cuma ngejalanin apa yang ada aja, tetep suka sama dia, tapi gua juga nikahnya malah sama lo.”

Beomgyu terkekeh, membuat Yeonjun menatapnya bingung, “Ternyata kamu beneran bisa galau ya kalo soal percintaan, kirain taunya cuma ngeledek sama sok kaya doang,”

“Ngajak berantem?” Yeonjun bersiap untuk menyentilnya.

“Hehehe, bercanda, ganteng.” tapi sedetik kemudian Beomgyu kembali serius, “Kalo soal ini berarti kamu harus lebih tegas, gak hanya sama perasaan kamu sendiri tapi juga sama perasaan Haechan. Dengan kamu begini justru kamu seperti ngegantungin dia, tau?”

“Tapi gua kan, ga pacaran sama dia?”

“Tetep aja, kalian emang gaada status, tapi hati gabisa boong, kan?”

“Hah?” Beomgyu menepuk pundak Yeonjun pelan.

“Kamu harus tegas, kasih keputusan buat dia. Kalo kamu mau berenti ngejar-ngejar kamu bilang, kalo kamu mau berusaha, kamu bilang dan buktiin. Kali aja dia masih punya harepan sama kamu cuma ketutup gengsi. Atau kalo kamu belum siap, kamu bisa bilang untuk temenan aja kayak biasa. Kalo kamu diem terus dia juga bakal bingung, kamu harus kasih bukti usaha kamu, Yeonjun.”

Selagi Beomgyu memberinya saran, mata Yeonjun tak lepas dari memandangi wajahnya yang tampan dan juga cantik bersamaan. Ditambah ketika Beomgyu berbicara, wajah memerah sampai hidung karena habis menangis menambah kegemasan 100 persen.

Hati Yeonjun ikut menghangat dibuatnya, setiap uraian kalimat yang diutarakan Beomgyu entah kenapa membuatnya tenang, seperti mendapatkan beberapa kepingan jawaban yang ia cari selama ini.

“Ternyata boleh juga solusi suami beruang tengil gua ini, padahal tadinya mau gua jual ke kebon binatang,” ia pun reflek mencubit pelan pipi suami mungilnya itu.

“Lagian sok tau, orang cuek nyebelin kayak kamu mana paham sama masalah ginian,”

“Heh, padahal sendirinya juga belum pernah pacaran aja,”

Beomgyu membuang mukanya malu, “Bawel.”

Yeonjun tertawa untuk kesekian kalinya, ia merindukan momen seperti ini ketika mereka saling menjahili satu sama lain, momen yang akhir-akhir ini tidak terjadi akibat kebodohannya sendiri.

Seketika ia mengingat satu hal dan segera mengeluarkan ponselnya. Beomgyu hanya meliriknya sekilas, tetapi setelah itu Yeonjun menyalakan mesin mobilnya dan membukakan pintu untuk Beomgyu.

“Lupa bilang, tadi karena nyariin lu, gua sampe boong sama Ayah kalo kita mau ke sana,” Yeonjun menatap Beomgyu yang masih bingung, “gimana kalo kita beneran aja dateng ke rumah lo nya?”

“Eh? Sekarang?”

“Yuk, sekalian nginep aja gimana? Lo pasti seneng, kan?”

“Beneran boleh?”

“Jahat amat gua kalo sampe gaboleh,”

“HEHE! Makasih suamiku~”

Beomgyu memeluk Yeonjun kilat sebelum ia masuk dan duduk di jok depan dengan antusias. Sementara Yeonjun hanya tersenyum dan mengikutinya masuk ke dalam mobil. Keduanya kemudian saling bercanda dan berbagi cerita soal hari ini dan hari-hari sebelumnya, sekaligus melupakan fakta bahwa mereka baru saja bertengkar beberapa menit yang lalu. []

© 2021, moawaua.