[🌸] Marah
Tidak afdol rasanya jika berkemah tanpa ada ritual menyalakan api unggun dan mereka semua duduk melingkar mengelilinginya. Malam kedua setelah banyak melakukan aktivitas menyenangkan seperti berenang, memasak, dan lain-lain, sudah saatnya sekarang mereka beristirahat sejenak.
Ada yang asyik bercanda, makan, atau sekadar mengobrol. Sementara Beomgyu asyik bermain gitar dan bernyanyi dengan Yeonjun di sampingnya. Siapa pun yang melihat pemandangan indah itu pasti akan iri.
Woojin segera menyenggol lengan Hyunjin sambil melirik satu-satunya pengantin di sini, “Bro, ngontrak di sini bayarnya berapa dah?”
Hyunjin yang mengerti pun balas menyenggol Woojin, “Gratis lah bre, jalur calon pacar temennya itu,” kemudian mengedip genit pada Jeongin yang asyik mengobrol dengan Hueningkai.
“Yeee, anjing juga lu,”
Merasa semakin gerah dengan suasana seperti ini, Lucas segera melirik Mark untuk memberi aba-aba. Pemuda itu pun mengangguk menyetujui, kemudian menepuk tangannya minta perhatian. Ketika semua mata sudah tertuju padanya, ia pun tersenyum sambil mengeluarkan sebuah botol beling kosong.
“Bosen banget gak si? Main TOD, yuk?”
Soobin mengangguk, “Boleh, yang lain setuju, gak?”
“Setuju!!!”
Mereka semua pun merapikan lingkaran yang telah dibuat, mengitari botol yang berada di tengah dekat api unggun. Mark yang berada paling dekat dengan botol pun langsung memutarnya tanpa aba-aba, mereka semua mendadak cemas takut dipilih, tetapi botol itu langsung berhenti tepat di depan Jeongin.
“Wahh, Jeongin kamu pilih truth atau dare?” tanya Kai antusias.
“Aku truth deh, nanti kalo dare dijailin lagi,”
Woojin tiba-tiba mengangkat tangannya, “Jeongin suka gak sama Hyunjin?”
Hyunjin yang asyik tersenyum-senyum mendadak panik dan segera menjitak Woojin, pemuda bergingsul itu tertawa puas karena berhasil membalasnya. Jeongin yang ditanya begitu segera menjawabnya tanpa berpikir lama lagi.
“Suka,” semua yang mendengarnya mendadak berhenti tertawa, tetapi dengan cepat Jeongin melanjutkannya, “Hyunjin baik, aku suka. Sama kayak Kai, Beomgyu, Taehyun, dan yang lain.”
Dengan cepat suasana kembali ramai akibat gelak tawa mereka semua. Hyunjin sendiri masih asyik memukuli Woojin yang masih juga tidak bisa berhenti tertawa. Beberapa menit kemudian putaran selanjutnya kembali dilakukan, yang kedua, ketiga, hingga keempat.
Tapi kali ini ada sedikit kecurangan karena Mark dengan sengaja memutarnya hingga tepat sasaran ke arah Lucas. Sesuai rencana mereka berdua.
“Pilih truth atau dare?” tanya Mark.
“Dare lah, bosen amat truth,”
Mark pun menyeringai, “Buat lu yang paling tengil, gua jabanin yang paling susah juga,”
“Weh, apa tuh?”
Saat bertanya justru Lucas menatap ke arah Yeonjun yang langsung merasa aneh. Mark pun menjetikkan jarinya dan tersenyum puas.
“Cium pipi Choi Beomgyu.”
Beomgyu yang asyik mendengarkan sambil menyentuh senar gitarnya mendadak panik, ia segera menatap ke arah Mark, tapi ternyata semua mata memang sudah tertuju padanya juga.
Taehyun yang mengetahui itu segera mengangkat tangan dan membuka suaranya, “Gabisa anjir, ganti darenya, cium Soobin aja tuh,”
Soobin melotot, “Anjir, yakali gua,”
“Yeonjun.”
Beomgyu menarik-narik ujung kaos Yeonjun meminta pertolongan, tetapi Yeonjun bergeming dan justru tatapannya masih tertuju pada Lucas yang menatapnya seperti mengibarkan bendera perang. Bahkan Haechan yang berada di sana juga sedikit terkejut. Suasana tiba-tiba menjadi ramai karena beberapa dari mereka mulai menepuk tangannya seraya menyuruh darenya untuk segera dilakukan.
“Cium! Cium! Cium!”
Lucas berjalan mendekat ke arah Beomgyu yang semakin panik, kemudian ia duduk di depan Beomgyu sambil tersenyum, “Gapapa, kan? Cuma dare kok, Gyu.”
Ketika tangan Lucas sudah meraih dagu Beomgyu dan bersiap mencium pipinya, saat itu juga Yeonjun beranjak pergi dari sana.
Suasana yang tadinya masih bisa tertawa-tawa langsung terdiam dalam sekejap. Yeonjun benar-benar menjauh dari sana dan berjalan ke pinggir pantai, Beomgyu tentu saja langsung mengejarnya dan meraih pergelangan tangan pemuda itu.
“Yeonjun, kenapa pergi?”
Mendengar cicitan Beomgyu membuat pikiran Yeonjun semakin runyam. Entah kenapa tubuhnya sangat panas, ia merasa sangat kesal malam ini. Bukan kesal kepada Mark atau pun Lucas. Ia juga tidak kesal pada Beomgyu, melainkan kesal pada pikirannya saat ini. Ia merasa mulai ada yang aneh pada dirinya, persis seperti ketika ia menarik paksa Beomgyu ke parkiran satu bulan yang lalu dan juga malam hari itu.
Harusnya Yeonjun tetap pada perkataannya yang ingin membuat Beomgyu bahagia dengan jalan yang ia pilih. Tetapi baru melihat adegan seperti itu saja dia sudah tidak bisa menahan emosi lagi.
“Yeonjun, kamu ... marah?”
Akhirnya Yeonjun membalik badannya dan menatap Beomgyu dengan seringai meremehkan, “Marah? Buat apa? Cuma cium gitu doang. Gua sama lo kan, gak ada rasa?”
Namun, nyatanya hanya kalimat-kalimat yang berkebalikan dengan apa yang ia rasakan lah yang kembali terlontar.
Dada Beomgyu terasa seperti ditekan saat itu juga, “Tapi-”
“Jangan lupa kita cuma nikah kontrak,” Yeonjun pun menepis tangan Beomgyu sedikit kasar, “gua pergi karena ngantuk, udah sana lo main sepuasnya. Gua tidur duluan.”
Setelah itu Yeonjun benar-benar langsung pergi bahkan sebelum ia sempat mendengar jawaban Beomgyu. Padahal jika ia menoleh walau hanya sedetik, ia akan melihat lelaki itu sedang menundukkan kepalanya dan menangis. Membiarkan air matanya jatuh ke pasir pantai dan hanyut dibawa air laut. []
© 2021, moawaua.