[🌸] Musuh?
Kejadian tadi pagi membuat Yeonjun memikirkannya seharian. Ini total salahnya yang memang kurang perhatian terhadap Beomgyu, bahkan karena kelalaiannya juga berita sudah mulai tersebar dan sekarang para bawahannya sibuk mengurus itu semua. Tadi pagi mereka semua hampir panik mengetahui Beomgyu dengan cepat melarikan diri dari rumah, untungnya alat pelacak sudah ada di tas suami kecilnya itu.
Kedua orang tua mereka juga tidak mengetahui hal ini, lebih tepatnya Yeonjun sudah meminta bawahannya untuk segera menutup akses kedua orang tuanya tidak tahu akan kejadian tersebut. Yeonjun sendiri juga sangat yakin Beomgyu juga tidak akan memberitahu mereka secara personal karena kehidupan pribadi seperti ini tidak akan ia laporkan kepada mereka. Alhasil sekarang ketika pulang ke rumah, Yeonjun ditinggal sendirian dalam kamar, Beomgyu masih berada di kamar bodyguardnya untuk menjauhi Yeonjun.
“Tch, cepet banget dia akrab sama orang lain.” gumam Yeonjun, mengakui keahlian Beomgyu dalam bersosialisasi.
Ia pulang sekitar pukul 7, ia sendiri mengutuk diri karena terlalu gengsi untuk sekadar meminta maaf pada Beomgyu. Bodohnya malah tambah memalukan diri sendiri di depan teman-temannya yang kurang ajar itu.
“Ini gimana bujuknya, kalo sampe Papa Papi pulang bisa kacau,”
Sampai akhirnya ketika malam tiba, mau tak mau Yeonjun harus menghampirinya. Ia pun mengetuk pintu kamar bodyguard di mana suaminya berada. Meruntuhkan pertahanannya demi seorang Choi Beomgyu.
“Beomgyu ...”
Yeonjun memanggilnya pelan. Tetapi belum ada sahutan sama sekali dari dalam.
“Beom, keluar yuk, udah malem, mau di kamar bodyguard lo seharian?”
Yeonjun mendekatkan telinganya ke pintu, lalu ia bisa mendengar bisikan-bisikan Beomgyu yang sedang berbicara dengan Nata di dalam.
“Kamu teriak, bilang aku lagi tidur gamau diganggu gitu,”
“Tidak bisa, Tuan muda.”
“Beoms. Gua bisa denger loh. Ayo, balik ke kamar. Gak kesian sama suaminya sendirian?” Yeonjun sedikit terkekeh mengucapkannya.
“Loh, kirain suka kalo aku tinggal sendirian, biar gak ikut campur masalah hidup kamu.”
Jawaban Beomgyu dari dalam kamar itu membuat Yeonjun menghela napasnya pasrah, “Kita omongin di kamar yuk, jangan ngambek lagi. Atau mau gua telpon Ayah sama Yayah?”
Ya. Mau tak mau ia harus membawa orang tua mereka untuk melemahkan pertahanan Beomgyu juga. Kemudian tak lama dari itu pintunya terbuka, sudah Yeonjun prediksi bahwa memang Beomgyu adalah sosok yang mandiri dan tidak ingin kedua orang tuanya masuk dalam masalah yang ia miliki.
Tanpa melihat ke arah Yeonjun lagi, pemuda manis yang membawa boneka beruang di tangannya itu langsung melangkah begitu saja mendahului Yeonjun untuk ke kamar mereka.
Sesampainya Yeonjun di kamar, ia sudah melihat Beomgyu yang meringkuk di atas ranjang, memeluk bonekanya erat. Dengan perlahan Yeonjun mengikutinya dan mendekat, lalu ikut berbaring di sebelahnya, menatap punggung Beomgyu yang tentu lebih kecil dari miliknya.
“Udah makan?”
“Hm.”
“Udah mandi?”
“Hm.”
“Udah gak ngambek?”
“H- siapa yang ngambek?”
Yeonjun kembali tertawa, menggoda Beomgyu memang paling mengasyikan.
“Lain kali kalo mau berangkat gak bareng sama gua bilang aja, banyak yang khawatir, jangan malah jadi nyusahin orang.”
Mendengar itu Beomgyu bangkit untuk duduk dan menatap Yeonjun sinis, “Aku cuma kesel doang sama kamu! Tapi makasih tadi pagi udah nolongin juga.”
“Maaf, ya. Orang-orang itu udah gua keluarin kok. Setelah gua cari tau ternyata emang stalker gua dari dulu, gak heran mereka begitu ke lo.”
“Hmm.”
Beomgyu menundukkan kepalanya, bibirnya cemberut. Reflek Yeonjun menempelkan punggung tangannya pada kening Beomgyu, “Lo gak sakit, kan?”
“Engga, tadi kamu dateng cepet soalnya.”
Beomgyu menepis pelan tangan itu, Yeonjun yang sadar pun akhirnya tersenyum kecil.
“Masih kesel karena kemarin?”
Ditanya seperti itu tentu saja yang lebih muda mengangguk, “Kenapa kamu gak bilang kalo punya pacar? Tau begitu aku bakal nolak banget perjodohan ini, kamu tau sendiri orang tua kita boong soal paksaannya.”
Yeonjun menatap Beomgyu yang sekarang wajahnya merasa bersalah, membuatnya kian mempertahankan senyum di wajahnya. Biasanya ia hanya mendapat wajah ketus atau menyebalkan Beomgyu yang suka mengusiknya, tetapi ia tidak pernah menyangka mereka akan satu ranjang seperti ini dan membicarakan hal pribadi mengenai hidup masing-masing. Status mereka juga sudah sah di mata hukum, bukankah tidak apa jika Yeonjun membagi kisahnya juga pada Beomgyu?
“Dia bukan pacar gua.” Yeonjun akhirnya membuka suara, membuat Beomgyu kembali menatapnya bingung.
“Terus apa?”
“Pokoknya bukan pacar. Maaf gua belum bisa ngasih tau lo dan bilang kalo lo ga usah ikut campur.”
Merasa bahwa Yeonjun belum mau cerita sepenuhnya pun membuat Beomgyu paham, ia kemudian menatap mata Yeonjun intens.
“Aku gak ngerti masalah kamu apa, tapi kalo kamu sedih, kamu bisa cerita sama aku, karena aku suami yang ... mungkin bisa kamu anggep temen?”
“Bukannya kita musuh?” ledek Yeonjun.
“Jadi kamu mau musuhan terus sama aku?”
Yeonjun tertawa, laki-laki di depannya ini benar-benar polos, ia pun menyentil pelan dahinya, “Terus emang kalo gua mau cerita, lo nanti bisa ngasih solusi?”
“Ih, yaudah bodoamat, sana galau sendirian! Aku mau tidur!”
Pemuda manis seperti bayi beruang itu kembali membalik badannya untuk tidur membelakangi Yeonjun. Sementara Yeonjun hanya tertawa, puas menjahilinya. Setelah beberapa menit merilekskan diri pun ia mengikuti arah Beomgyu tidur. Tiba-tiba ia mendekat dan memeluk Beomgyu dari belakang. Mencari kehangatan pada tubuh suaminya yang lebih kecil ini selama beberapa saat.
“Makasih, ya, Beomgyu.”
Entah karena apa, Yeonjun juga bangkit sedikit untuk mengecup pelan pucuk kepala Beomgyu, terdiam dalam posisi tersebut sebelum menyadari apa yang baru saja ia lakukan dan langsung ikut membalik badannya. Tanpa mengetahui bahwa Beomgyu masih dalam keadaan terjaga, dengan wajah memerah tidak menyangka. []
© 2021, moawaua.