[⛅] Ngambek
Sentuhan itu. Sentuhan yang membuat pemuda asal Daegu tidak bisa fokus walau harusnya ia sudah terlatih lama. Sentuhan yang berkali-kali ia terima di bagian pahanya. Sentuhan yang dilakukan oleh anggota grup tertuanya. Siapa lagi kalau bukan Choi Yeonjun sang pelakunya.
“Kak, kita lagi vlive loh ini,” bisik Beomgyu dan menyingkirkan tangannya sambil ia berpura-pura tertawa di depan kamera dan kru di depan mereka.
“Aku marah nih ya, aku gak mau ketemu Kakak kalau masih pegang-pegang,”
Tetapi ucapannya tidak digubris oleh Yeonjun yang membuat kesabaran Beomgyu habis. Sepanjang vlive ia pasrah Yeonjun sering menyentuh dirinya di mana pun ia suka, bahkan mengeluarkan ucapan-ucapan yang menimbulkan tanda tanya.
Beberapa jam kemudian mereka semua bersiap untuk tidur, saat itu juga Beomgyu gunakan waktu sebaik mungkin untuk ia berbicara empat mata dengan Yeonjun.
“Kak, di dalem, kan?”
Hanya gumaman yang menjadi jawabannya, tapi itu sudah cukup untuk Beomgyu. Akhirnya ia membuka pintu kamar milik Yeonjun, masuk ke dalam dan tak lupa ikut menguncinya, karena pembicaraan ini akan berbahaya jika ada yang mendengar.
“Ngapain? Katanya marah sama aku?”
Ah. Ini dia. Mode Yeonjun Merajuk.
Beomgyu yang masih berdiri di depan pintu menghela napasnya pelan. Ia melihat Yeonjun yang masih merebahkan dirinya dan membelakangi Beomgyu. Pacarnya sedang merajuk dan ia tahu apa itu penyebabnya.
“Emang masih marah, lagian siapa suruh pegang-pegang aku kayak gitu? Gak malu di lihat fans? Mana tadi juga ngomong pantat-pantat, apa coba maksudnya, gajelas banget.”
“Kan kamu pacar aku, kenapa harus malu?” jawabnya seenak jidat.
“Kenapa? Masih marah gara-gara di konser bajuku melorot yang bikin tulang selangka kemana-mana? Gitu?”
“Tuh tau,”
Beomgyu merotasikan bola matanya, “Kan tadi makanya aku udah tutupin di vlive pake handuk sebagai gantinya,”
“Udah kamu mah emang sukanya ngumbar-ngumbar aset aku,”
“Dih, Kakak juga ya,” balas Beomgyu tak terima.
“Yaudah iya, semuanya salah Kakak, kamu mah ga pernah salah.”
Sial, dia tambah ngambek.
Kalau sudah seperti ini Beomgyu akan melunak. Ia pun mengalah dan memilih untuk mendekati Yeonjun yang masih membelakanginya. Dengan perlahan Beomgyu melepaskan celana panjang dan juga boxer yang ia kenakan hingga menyisakan celana dalam berwarna putihnya itu.
“Ga usah ngambek, cepet pilih mau nenen apa paha?”
Yeonjun tetap bergeming, “Nggak mau.”
“Ya udah gak maksa.”
Beomgyu pun ikut merebahkan dirinya di samping Yeonjun dengan posisi tengkurap. Yeonjun yang mendengar itu lantas menatap ke arah si mungil, dan pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah sosok Beomgyu yang hanya mengenakan atasan kaus polos kebesaran miliknya dengan bawahan celana dalam saja.
Seringai Beomgyu muncul ketika Yeonjun benar-benar langsung terpancing. Pemuda itu sekarang tengah memeluknya dari belakang dengan tangan kekarnya yang berada di bokong dan paha dalam Beomgyu.
“Katanya tadi gak mau,”
“Hehe.”
Beomgyu membalik badannya dan kini ia berada dalam rengkuhan Yeonjun. Pemuda yang lebih tua tersenyum, mau tak mau Beomgyu ikut tersenyum, tetapi gerakan tangan Yeonjun membuatnya sedikit kesulitan bernapas.
“Apa hehe hehe? Makanya ga usah sok ngambek,”
Beomgyu menusuk pelan hidung mancung Yeonjun dengan telunjuk lentiknya. Yang ditunjuk lantas makin mendekatkan tubuh mereka, tanpa Beomgyu bisa persiapkan lagi, Yeonjun sudah mencuri ciuman singkat di bibirnya.
“Biar gak ngambek,” Yeonjun menyeringai tipis sebelum melanjutkannya, “ronde harus semau aku, ya?”
Belum sempat Beomgyu membalas, ia lebih dulu menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangannya untuk menahan desahan akibat serangan Yeonjun yang entah bagaimana kepalanya sudah sampai di bagian pahanya dalam sekejap.
Jika sudah seperti ini, harusnya Beomgyu biarkan saja pacarnya merajuk seharian daripada ia dibuat tidak tidur semalaman. []
© 2021, moawaua.