[🌸] Pahlawan
Entah mengapa hari-hari berjalan lebih lambat dari biasanya bagi Beomgyu karena hari ini baru ke-4 ia mendirikan stand classmeet, ia pikir sudah mau selesai agar ia bisa ikut bersenang-senang. Mungkin itu juga alasannya mengapa hari berjalan lambat, Beomgyu mengharapkan classmeet berakhir secepatnya.
“Tyun, tolong itu langsung aja styrofoamnya dibarisin jadi lima ya,”
“Oke, Gyu.”
Beomgyu juga jadi kurang semangat untuk beraktivitas seperti biasa. Beruntung teman-teman setianya ini bersedia untuk membantu, kalau tidak ada mereka mungkin Beomgyu sudah sangat kewalahan.
Apalagi karena seblaknya yang semakin terkenal ini membuat orang-orang bergantian untuk mengantri, yang tadinya Beomgyu hanya menyediakan untuk yang gratis, justru mereka ada yang bersedia membayar untuk mendapat antrian lebih dulu.
“Dek, gue seblak dua mangkok, ya, pedes semua topping bebas,”
“Oh, oke.”
Beomgyu langsung memasak lagi, tapi pikirannya masih terpecah belah semenjak kejadian kemarin. Memang benar Beomgyu sudah memblock twitter dan juga iMessage Yeonjun, tetapi Beomgyu tidak menyamaratakan untuk seluruh akunnya. Oleh karena itu kemarin ia sendiri melihat Yeonjun memposting fotonya, bahkan memarah-marahi oknum yang memfitnahnya.
“Ini, Kak. Seblaknya.”
“Oke, makasih.”
Tentu saja ini semua karena masalah menfess waktu itu. Beomgyu masih tidak terima difitnah memelet Yeonjun. Apa-apaan itu? Dari seluruh hal di dunia ini mengapa ia harus melakukan hal memalukan seperti pelet?
Stress, tidak masuk akal. Ia juga masih berpikir negatif bahwa itu juga perbuatan Yeonjun yang ingin menjatuhkannya, tapi ternyata apa yang laki-laki itu lakukan kemarin juga membuat Beomgyu berpikir dua kali.
“UEKK! KOK ASIN BANGET LO KASIH APAAN INI?!”
Bentakan yang ia terima dari kakak kelas tadi membuat Beomgyu tersentak dari lamunannya. Jeongin lantas mendekat ke arah Beomgyu untuk menemaninya, begitupula Hueningkai dan Taehyun yang juga ikut penasaran.
“Maksudnya, Kak?” tanya Jeongin sopan.
“Lo mau bikin gue muntah di sini? Seblak apa air laut anjrit asin banget, becanda lo?!”
Hueningkai melirik ke arah bumbu-bumbu yang tadi dipakai Beomgyu, lalu ia melihat ke arah kotak menaruh garam. Benar saja takarannya menjadi lebih sedikit dibanding gula dan mecin.
Ia pun berbisik pada Beomgyu, berupaya menenangkannya, “Kamu salah Gyu, kamu banyak masukin garem, lagi gak fokus, ya?”
Mendengar itu wajah Beomgyu memucat. Sial, kini ia mengacaukan semuanya. Tatapan kedua orang yang tadi memakan seblak asinnya masih marah, kemudian orang-orang yang ada di sana ikut mendengar keributan itu dan mereka semua mulai membentuk kerumunan, seolah-olah memojokkan Beomgyu saat ini.
“Kak jadi-”
“Jangan, Tyun. Gapapa, biar aku aja yang jujur sama mereka.”
Taehyun memandang Beomgyu yang tersenyum tipis, ia bisa melihat raut panik di wajahnya.
Beomgyu mengambil napas pelan, ia siap dengan hujatan yang akan diterimanya setelah ini.
“Sebelumnya maaf-”
“Ada apaan nih rame-rame?”
Tapi belum sempat ucapannya selesai, seketika sudah dipotong duluan oleh suara yang kini tidak lagi asing untuknya. Sekumpulan orang-orang dengan wajah tampan tiba-tiba muncul dari balik kerumunan dan berhasil masuk ke bagian depan, mereka adalah Malih.
Kini Beomgyu hanya semakin menundukkan kepalanya karena tidak ingin bertatapan dengan Yeonjun yang kini pasti akan benar-benar bertindak untuk ikut menghinanya.
“Kenapa, ngab?” tanya Woojin pada orang yang tadi membentak Beomgyu.
“Dia kayaknya mau ngerjain gue,”
Woojin mengernyit heran, “Ngerjain?”
“Ini dia yang juga nyari masalah sama Lo itu, kan, Jun? Yang katanya berani call out Lo dan melet Lo juga,”
Yeonjun yang dikata seperti itu menaikkan sebelah alisnya, “Bukannya gue udah gua udah bilang gua gak dipelet sama sekali?”
“Ck, ya apa pun itu yang jelas sekarang dia ngerjain gue, seblaknya asin banget, bangsat!”
Yeonjun menatap seblak Beomgyu dan juga pembuatnya bergantian, kemudian ia tersenyum tipis, “Asin? Yakin, Lo?”
Wajah Beomgyu semakin pucat, bahkan ia sudah keringat dingin, sepertinya ia akan pingsan di tempat. Ia menundukkan kepalanya, hanya menunggu beberapa detik lagi untuk melihat Yeonjun yang mungkin akan segera ikut memaki-maki dirinya.
“Eh, Jun! Lo ngapain?!”
Kemudian suara bisik-bisik dan juga orang yang terkejut kembali terdengar. Beomgyu memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dan alangkah terkejutnya ia melihat Yeonjun sedang berusaha menghabiskan kedua mangkuk seblak yang sudah pasti sangat asin dan tidak enak buatannya itu.
“The power of bucin.” bisik Wooyoung.
“The power of bulol alias bucin tolol.” koreksi Soobin.
Dalam hitungan menit dua mangkuk seblak itu habis dilahap Yeonjun yang kini sekarang menatap aneh pada kedua pembelinya.
“Lu bilang ini asin? Ini enak anjir, gila lu.” Yeonjun menyerahkan dua mangkok kosong itu kepada mereka, “Liat nih, seblaknya sampe gua abisin, padahal tadi gua mau ngantri tapi gajadi gara-gara makan seblak lu,”
“Jun-”
“Iye, iye, nih duit lu gua ganti, beli lagi yak maap gua selak.”
Dua pemuda itu ingin membantah lagi tapi segera ditahan Hyunjin dan Woojin hanya dengan sentuhan erat di atas pundak mereka, pertanda untuk diam. Kini Yeonjun menyisir rambutnya ke belakang mengenakan jari, lalu menatap ke arah mereka semua yang masih membisu.
“Lah ini ngapa malah dijadiin tontonan? Udah sana dukung tuh yang lagi mau tarik tambang! Bubar, bubar, lu semua!”
Woojin pun mengikuti arahan Yeonjun dan ikut bersuara, “Yok, bubar, yokk!”
Setelah diteriaki seperti itu mereka pun mulai membubarkan diri dan kembali ke tempat masing-masing, sedangkan Beomgyu masih diam di tempat tidak bersuara, tidak pula bergerak seinci.
Bahkan ketika Yeonjun mendekat dan berbisik pelan di telinganya, ia tidak sanggup membalas walau hanya sepatah kata pun.
“Bilang makasihnya nanti aja, kamu pucet banget. Abis ini harus ke UKS dan stirahat yang banyak, ya, Bami.”
Yeonjun pun mengacak pelan rambut Beomgyu sebelum ia bersama teman-temannya pergi meninggalkan mereka.
Tapi diperlakukan seperti itu Beomgyu bukannya bergerak, ia malah tambah membeku.
Padahal hanya rambutnya yang diacak-acak, tapi mengapa pula hatinya ikut berantakan? []
© 2021, moawaua.