[🌸] Takut
Beomgyu berusaha semaksimal mungkin untuk bekerja sama bersama orang suruhannya agar berita-berita tentang Yeonjun dan Haechan tidak terlalu ramai. Apalagi sampai terdengar oleh kedua orang tua mereka.
Bahkan Beomgyu sendiri takut untuk berbicara dengan Yeonjun, sekadar bertanya saja ia tidak mau. Ya, ia takut untuk mendengar kenyataan yang nanti akan menyakiti dirinya.
Sepanjang perjalanan masuk ke fakultas teknik tentu saja Beomgyu jadi pusat perhatian, tetapi ia tetap berusaha terlihat santai. Ia juga sudah meminta para bodyguardnya untuk berjaga-jaga takut ada penyelundup seperti wartawan dadakan yang akan menyebar perbincangannya dengan Lee Haechan.
“Hai, Chan. Bisa ikut aku sebentar ke toilet?”
Haechan yang sudah tahu bahwa Beomgyu benar-benar serius untuk bertemu dengannya pun mengangguk menyetujui. Ia mengikuti pemuda yang lebih tinggi darinya itu dengan perlahan.
Setelah sampai pun Beomgyu tidak ingin berbasa-basi lagi, ia berniat akan bicara baik-baik dengan Haechan soal masalah serius ini.
“Aku langsung aja, ya. Aku ga ngerti maksud kamu apa akhir-akhir ini, tapi aku mohon jangan ganggu kami. Jangan nyebar fitnah yang engga-engga,”
Haechan menaikkan sebelah alisnya, “Gua ga fitnah, gua emang pacar Yeonjun kok, lo emang gak dikasih tau?”
“Jangan boong, Yeonjun udah cerita sama aku kalo kamu nolak untuk jadi suaminya, makanya dia terima aja nikah sama aku,” Beomgyu sedikit tercekat ketika melanjutkannya, “udah cukup kamu nyakitin dia dulu, kenapa gak dari sebelum aku nikah aja kamu nyelametin dia dari perjodohan ini, hm?”
Haechan membuang mukanya, mencoba menghindari tatapan sedih Beomgyu.
“Lo gak tau apa-apa jadi diem aja.”
“Sekarang aku udah jadi suaminya, aku harus tau semuanya tentang dia. Ngerti gak, sekarang siapa yang asing di sini?”
“Lo-”
Haechan ingin menampar Beomgyu tapi lebih dulu ditahan oleh yang lebih muda. Beomgyu sebenarnya tidak ingin mengucapkan kalimat itu, tapi ucapan Haechan sebelumnya membuat ia tersulut sedikit emosi. Apalagi sekarang Haechan tertawa, membuatnya kian bingung.
“Lo juga baru tau Yeonjun setelah nikah, kan? Lo gatau sepenuhnya dia gimana.”
“Kita sama-sama belajar.” Beomgyu memelankan suaranya, sedikit membenarkan ucapan Haechan.
Haechan mendecih, “Sok tau lo pelakor. Liat aja, gua yang paling tau tentang dia sejak awal kuliah. Dan Yeonjun bakal dateng ke gua dengan sendirinya tanpa disuruh. Kalo gak percaya, lo liat gimana chat kita selama ini. Abis itu lo bisa liat dan tentuin sendiri siapa yang bener-bener orang asing di sini.”
Setelah mengatakan hal tersebut Haechan langsung pergi begitu saja meninggalkan Beomgyu yang terdiam seribu bahasa dengan kekhawatiran menjadi-jadi.
Apa ucapan Haechan benar? Tapi memang mereka baru saja menjalin kasih yang sesungguhnya tak lebih dari dua hari? Bagaimana jika memang Beomgyu saja yang sudah terlalu percaya kepada Yeonjun selama ini?
Beomgyu berjalan perlahan dengan pikiran yang kalut selagi menyusuri area fakultas di mana Yeonjun belajar. Langkah kaki kecilnya membawa ia menuju ke bawah pohon rindang di depan kampus, memintanya berjongkok karena tubuhnya sudah lelah. Pemuda kecil itu memeluk lututnya dengan perasaan gundah gulana, tak memerdulikan suasana sedikit ramai sore hari di jam kelas terakhir ketika anak-anak pulang.
Kepala yang ia tundukkan sedari tadi perlahan terangkat ketika mendengar suara-suara sekumpulan anak yang hampir ia kenal. Tetapi yang mampu membuat matanya berbinar adalah ketika mendengar salah satu suara yang sudah ia tunggu sejak tadi.
“Beomgyu?”
Tak jauh dari sana ada Yeonjun bersama teman-temannya yang juga ingin berjalan pulang. Yeonjun menatap suami kecilnya yang masih berjongkok dengan tatapan heran. Tapi setelah melihat senyuman manis yang menyambut kedatangannya, Yeonjun juga ikut menarik senyum dan tanpa ragu membentangkan kedua tangannya.
Tanpa disuruh lagi Beomgyu bangkit dan berlari ke arah Yeonjun untuk masuk ke dalam pelukan suaminya itu. Mata di sekeliling yang memandang mereka hanya bisa iri bahkan ikut terbawa suasana. Mereka bisa melihat bahwa ada cinta yang begitu besar telah terjadi pada pasangan suami yang sangat terkenal ini.
“Kamu nungguin aku dari tadi?”
Beomgyu mengangguk pelan. Entah kenapa ada perasaan campur aduk saat ini di dalam hatinya. Ia memang merasakan kenyamanan dan juga rindu yang membuncah ketika bertemu dengan Yeonjun. Tapi ia juga sangat gelisah dan takut, bahwa mungkin kenyataan akan menamparnya setelah ini dan menjadikan pelukan saat ini adalah pelukan mereka yang terakhir kali.
“Yeonjun, aku harus gimana lagi?”
“Hm?”
Pelukan perlahan dilepaskan. Gumaman Beomgyu yang sangat kecil tidak terdengar siapa pun, akhirnya pemuda manis itu memilih untuk menggelengkan kepalanya dan meraih tangan hangat Yeonjun untuk ia genggam.
“Kita ... pulang sama-sama, kan?”
Yeonjun tidak mengerti, entah kenapa perasaannya mengatakan ada yang tidak beres. Tapi ia buru-buru tepis pikiran buruk tersebut, karena baginya dunia masih terlihat baik-baik saja hanya dengan melihat senyuman Beomgyu di hadapannya.
“Ya. Ayo, kita pulang.” []
© 2021, moawaua.