[🌸] Toilet
Jujur saja Hyunjin masih terbayang-bayang dengan ucapan Jeongin yang menurutnya sedikit mencurigakan, apalagi ini berhubungan dengan Yeonjun sebagai ketua gengnya dan Beomgyu ketua geng musuhnya. Apakah mereka ada dalam suatu masalah, atau ada rencana-rencana lain yang mereka sembunyikan?
Jangan-jangan Beomgyu ingin masuk ke dalam geng Dobleh? Apa Yeonjun ingin mereka berdamai? Atau mereka punya masalah besar dengan Pak Soohyuk? Semakin dipikirkan semakin Hyunjin melantur.
“Yong, sini dah.”
Wooyoung menuruti panggilan Hyunjin yang kini duduk di lantai depan papan tulis. Kelas sudah mulai sepi karena banyak anak yang sudah memilih untuk pulang ke rumah mereka masing-masing, sementara di sini anak-anak Dobleh masih ada kegiatan lain. Seperti Soobin yang rapat OSIS, Woojin yang mengerjakan PR, atau bahkan Hyunjin dan Wooyoung yang hanya sekadar merebahkan diri tidak jelas di lantai dingin.
“Ngapa?”
“Yeonjun mana?” tanya Hyunjin ketika menyadari hanya ada tas Yeonjun di sana.
“Toilet, kan? Kayaknya buru-buru banget anaknya, kan lu tau sendiri mood dia jelek sejak ulang tahun Bang Taehyung,”
“Bener, moodnya jelek banget bahkan kayak pengen cepet-cepet pulang, apa dia kebelet boker sebenernya dari tadi?”
Wooyoung tertawa seraya mengangkat bahunya, “Gatau, mau lu samperin? Gue kebetulan mau kencing juga si,”
“Ayok, dah, sekalian kita kagetin itu anak, hahaha,”
Wooyoung setuju, mereka pun berkabar dulu pada Woojin agar laki-laki itu tidak mencari mereka nanti. Keduanya berjalan ke toilet dengan tenang walau mata di sekitar memandang takut bahkan takjub. Hehe, tentu saja, siapa yang tidak kenal dan merasa segan dengan geng Dobleh yang paling keren ini?
“Yong, lu ada ngerasa hal aneh gak sama Yeonjun akhir-akhir ini,” tiba-tiba Hyunjin membuka suara.
“Apaan?”
“Kayak ada yang dia sembunyiin gitu dari kita-kita,”
Wooyoung menggeleng, “Gatau sih, nanti forum aja kalo lu ngerasa ada yang aneh sama dia dan bikin lu gak nyaman,”
“Oke ...”
Ketika sampai di depan toilet sekolah, kedua mata mereka menyipit bersamaan. Ada 4 bilik toilet yang biasa mereka gunakan tapi semuanya terbuka, tidak ada siapa pun di dalamnya.
Lalu ke mana Yeonjun, apa laki-laki itu sudah kembali duluan ke kelas?
“Gaada,” bisik Hyunjin.
“Mungkin-”
Brak!
Tapi ada satu suara mengejutkan yang datang dari bilik ke-5, bilik yang dipakai untuk gudang peralatan toilet, dan bilik itu juga yang satu-satunya tertutup.
Hyunjin melirik Wooyoung takut, “Mau kabur?”
“Jangan dulu.”
Entah kenapa Wooyoung merasa penasaran, akhirnya mereka menjadi detektif dadakan dengan berjinjit secara perlahan hingga sampai tepat di depan pintu bilik tersebut. Wooyoung meletakkan satu jari telunjuknya di depan bibir agar Hyunjin tidak mengeluarkan suara, lalu ia menempelkan daun telinganya tepat pada pintu.
“Berani juga Lo ngelawan gue, punya nyawa berapa?”
Mata mereka melotot dan saling melafalkan nama Yeonjun tanpa suara. Ternyata Yeonjun ada di sini. Ya, mereka yakin itu suara bisikan Yeonjun, tetapi anehnya apa yang sedang dilakukan oleh laki-laki itu di bilik gudang toilet ini?
“Sembilan, aku saudaranya kucing,”
Ternyata Yeonjun juga tidak sendirian, ada suara lain yang menurut keduanya sedikit familiar tapi mereka masih belum bisa menyimpulkan dengan pasti. Karena jujur mereka masih ingin menyangkal hal itu juga lebih tepatnya.
Yeonjun ngebully? Kayaknya belum pernah dah, batin Hyunjin.
Tapi lawan bicaranya juga menjawab dengan tidak jelas, membuat mereka semakin penasaran keduanya sedang membicarakan hal apa.
“Wah, mulai berani, mau gue abisin di sini?”
“Maaf,”
“Maaf, maaf, sayangnya mana?”
“Maaf, Sayang.”
Sayang? Hyunjin dan Wooyoung saling lirik. Kenapa tiba-tiba kata sayang keluar? Apa mereka tidak salah dengar?
Yeonjun menghela napasnya berat, “Udah aku bilang kamu jangan ke ruang BK lagi, kenapa bandel banget, hm?”
“Kan aku udah bilang ada yang masih perlu diselesain kemarin, kamu juga ga usah pake lo-gue lagi atau aku keluar nih ya?”
Wooyoung dan Hyunjin panik ketika kenop pintu bergerak, mereka bersiap kabur tapi sepertinya terdengar suara tubuh saling bertubrukan ... Yeonjun memeluk orang itu?
“Kamu suka liat aku cemburu.”
Cemburu? Ini ngomongin apa sih anjinggggg, batin Hyunjin penasaran.
“Kamu juga ngomelin aku terus padahal tau sendiri aku gak ngapa-ngapain,”
“Yaudah besok aku omelin Pak Soohyuk gimana? Biar gausah ganggu punyaku lagi? Hm?”
Punyaku? Punyanya Yeonjun? Lu ngomong apaan!!!, kini batin Wooyoung berteriak.
“Jangan, nanti kamu juga ikut diomelin dan aku gak suka-”
Belum sempat mereka memproses tentang percakapan tersebut lebih lanjut, suara kurang ajar setelahnya membuat tubuh mereka merinding. Ada suara kecupan tiba-tiba dan juga sedikit desahan mengeluh dari dalam sana.
Yeonjun cipokan?
Cipokan sama siapa, anjinggg?
Hyunjin dan Wooyoung saling berkomunikasi dengan mimik bibir tanpa suara yang keluar. Mereka pun semakin mempertajam pendengaran untuk mendengar perbuatan tidak senonoh Yeonjun alias ketua gengnya yang baru saja berciuman diam-diam di toilet sekolah.
“Junmmhh-pwah! Aku belum selesai ngomong jangan langsung nyium dong!”
Bisa mereka dengar sosok itu memukul pelan Yeonjun yang kini terkekeh, “Abisnya kamu gemes, kamu kenapa gemes banget sih, Gyu?”
GYU?
Bisa Wooyoung ketahui bahwa Hyunjin baru saja mengumpat ‘Anjing’ tanpa suara di sebelahnya. Ternyata prediksi mereka tidak salah, bahwa memang yang berada di sana adalah Beomgyu.
Ya, Choi Beomgyu yang juga berstatus sebagai musuh terbesar mereka di sekolah ini.
“Kalo gak gemes kamu gak suka aku,” Beomgyu ikut terkekeh, “yaudah karena kamu katanya masih cemburu, aku bolehin deh cium-cium sampe ga marah lagi,”
“Beneran?”
Beomgyu tersenyum penuh sayang yang tentu tidak bisa dilihat Hyunjin dan Wooyoung. Kedua telapak tangannya ia gunakan untuk menangkup wajah Yeonjun lembut.
“Selalu inget aku ini cuma sayang sama kamu,” satu kecupan mendarat di kening Yeonjun.
“Cuma suka sama kamu,” dua kecupan di kedua kelopak mata Yeonjun.
“Dan cuma cinta sama kamu,” tiga kecupan di hidung dan kedua pipi Yeonjun.
“Ga ada alasan cemburu lainnya kalo yang aku liat cuma kamu, ngerti?”
Yeonjun menatap Beomgyu di depannya dengan tidak percaya. Jarang sekali Beomgyu memperlakukannya seperti barusan, ia rasa hari ini akan menjadi hari bersejarah dalam hidupnya.
Tapi Yeonjun tetaplah Yeonjun, semakin diperlakukan seperti itu semakin juga dirinya ingin meminta lebih.
“Ngerti, tapi kurang kamu belum cium ke bibir,”
Beomgyu terkikik geli, “Yaudah iya, ini aku pake yang rasa apa dulu?”
“Mint choco ada?”
“Aku gampar mau?”
“Hehe, becanda, cantik. Ga usah pake apa-apa, aku mau rasa Beomgyu aja.”
Belum sempat Beomgyu menjawab tapi bibir Yeonjun lebih dulu membungkam miliknya. Menciptakan suara-suara berciuman kembali terdengar dan kini lebih jelas, seperti bagaimana cipakan keduanya dalam bersilat lidah dan saling melumat.
Bisa diketahui bahwa Yeonjun sangat dominan dalam posisi saat ini, karena seringkali Beomgyu mengeluarkan keluhan seperti kehabisan napas, tapi erangan Yeonjun seakan memaksanya untuk tetap melanjutkan ciuman mereka.
Kepala Hyunjin dan Wooyoung mulai pening, apa yang mereka dengar sejak tadi benar-benar menguras energi sama sekali. Ini persis seperti rekaman cd drama mesum yang pernah mereka dengar secara iseng waktu sedang menginap di rumah Woojin.
“Mmh-Ah~ Jun! Kenapa kamu tiba-tiba ke leher~” Beomgyu mulai terdengar lemas tapi sedetik kemudian ia sedikit menaikkan suaranya, “Ah! Jun! Kenapa kamu isep! Kan cuma boleh cium, mana ini sampe merah banget lagi!”
“Sengaja, biar kalau kamu lagi deket-deket sama siapa pun mereka bisa liat ada tanda ini,”
Beomgyu memukul Yeonjun yang masih menciumi leher dan tulang selangkanya, “Kamu mah, nanti malah makin dicap anak bandel ih, gimana kalo ketauannya sama guru? Mau kamu aku dikeluarin?”
“Bilang aja digigit tawon,”
“Mana ada ta-wmhh! Bibir kamu aku tepok nih ya, tiap orang ngomong dicium terus,”
“Tepoknya pake bibir kamu, sini sekali lagi,”
Dan untuk kesekian kalinya Yeonjun mencium bibir Beomgyu, mengisapnya, melumatnya, memanjakannya seakan sekarang adalah hari terakhir mereka bisa berciuman. Beomgyu juga tidak menolak untuk itu, ia justru melingkarkan tangannya di leher Yeonjun dan sesekali tangannya menjambak pelan helaian rambut kekasihnya, menyalurkan rasa saling menginginkan satu sama lain.
Sial, mereka benar-benar sinting.
Hyunjin sudah tidak tahan, akhirnya ia langsung beranjak dari tempat itu dan memilih untuk berdiri di koridor dekat toilet. Wooyoung menatapnya sambil sedikit tertawa canggung dan menyempatkan diri untuk memfotonya, sungguh ia tidak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi dan mereka dengarkan.
Tak lama setelah itu terdengar suara pintu yang berusaha dibuka, reflek Hyunjin dan Wooyoung segera bersembunyi dari sana agar tidak ketauan. Bisa mereka lihat yang pertama kali keluar adalah Beomgyu yang sudah sangat acak-acakan, seragamnya yang dikancingi sampai atas, rambutnya yang sedikit basah, dan juga bibirnya yang memerah total. Tapi sialnya pemuda itu berjalan dengan santai ke arah lain seakan-akan tidak terjadi apa pun sebelumnya.
Hyunjin dan Wooyoung akhirnya keluar dari persembunyian mereka ketika Beomgyu sudah tidak terlihat, bertepatan dengan Yeonjun yang juga muncul dengan perasaan hati yang terlihat sangat baik karena kini ia sedang tersenyam-senyum sambil menyisir rambut basahnya dengan jari.
Hyunjin bergidik ngeri ketika melirik singkat bibir Yeonjun yang bertambah tebal dan sama merahnya dengan Beomgyu barusan.
Orang gila, batin Hyujin.
Yeonjun menatap kedua temannya bingung, “Lo mau ke toilet juga?”
“H-hah? I-iya, gue mau kencing,” jawab Wooyoung sedikit terbata.
Yeonjun mengangguk-angguk, “Udah sepi banget masuk aja, semua biliknya kosong, gue cabut ke kelas duluan ya.”
Yeonjun tidak lagi menunggu jawaban yang keluar dari mulut mereka melainkan bergegas untuk kembali ke kelas. Wooyoung dan Hyunjin kembali bertatapan dan menggeleng tidak percaya atas reaksi Yeonjun yang juga terlihat santai sama seperti pacarnya itu.
“Karena sepi makanya lo berdua ciuman, bangsaatttt!”
Hyunjin mengumpat frustasi dan disauti oleh tawa kencang Wooyoung yang juga tidak tahu harus bereaksi apa setelah ini.
“Lo beneran ga jadi kencing juga, Yong?”
Wooyoung tersenyum penuh dengan raut tertekan, “Kaga, udah kering.”
“Bangsat.”
Hyunjin benar-benar lemas. Tapi karena kejadian barusan, akhirnya menjawab semua rasa penasarannya tentang maksud Jeongin dan juga hal mencurigakan yang terjadi di antara mereka berdua.
Ya, jawaban simpulannya adalah Yeonjun dan Beomgyu ternyata sedang menjalin hubungan rahasia di belakang mereka semua. []
© 2021, moawaua.