moawaua

tw // bullying

Akibat kejadian semalam, Beomgyu masih marah kepada Yeonjun. Alhasil ketika ada kelas pagi, Beomgyu lebih dulu berangkat ke kampus secara diam-diam tanpa pengawasan. Ia berbohong pada bodyguardnya dengan mengatakan bahwa ia hanya ingin bersepeda di sekeliling perumahan, tetapi ternyata ia bersepeda sampai kampus.

Tidak peduli kakinya yang sangat pegal dan membuatnya kelelahan, yang penting ia bisa melarikan diri lebih awal agar tidak bertemu si Yeonjun bodoh itu.

“Bego. Yeonjun Jelek! Ngeselin! Songong! Sok ganteng!”

Beomgyu berjalan dengan lunglai di lorong kelas yang tanpa disadari juga ada tiga orang yang sudah memantaunya dari jauh. Apalagi Beomgyu datang saat pagi di mana suasana masih sepi, ketiga orang tersebut pun saling melempar senyum, kemudian ketika hanya ada mereka di satu lorong, tas ransel Beomgyu ditarik begitu saja hingga ia terpaksa membalik dengan lunglai.

Salah satu gadis di situ tersenyum miring, “Berani banget lo ngatain Yeonjun seenaknya mentang-mentang udah jadi ‘suami’ paksaannya,”

“Mana berangkat sendirian, lo pasti ditelantarin, kan, sama dia? Inget, ya. Yeonjun itu yang suka hampir satu kampus, lo jangan kepedean hanya bisa jadi suaminya, paling gak nyampe seminggu udah cerai atau Yeonjun jadian sama yang lain.”

Orang-orang yang berjumlah tiga itu tertawa puas, membuat Beomgyu semakin risih. Apalagi dengan ucapan tidak sopan yang baru saja mereka utarakan.

“Kalian siapanya Yeonjun emang?”

Yang laki-laki di situ menatapnya sinis, “Kita? Lo gak perlu tau, yang jelas kita sayang dan cinta sama Yeonjun. Kita gak bakal ngerelain dia berakhir sama orang kayak lo.”

Beomgyu mengangguk-angguk paham, “Oh, jadi yang bukan siapa-siapa di sini malah lebih berani? Ngaku sayang sama Yeonjun kok bisa-bisanya sejahat itu ngomong yang engga-engga tentang dia?”

“Bukan siapa-siapa lo bilang?!”

Isyarat mata dari yang laki-laki kepada salah satu gadis yang dikuncir pun membuat Beomgyu was-was. Tiba-tiba sebuah plastik kresek hitam sudah membungkus kepalanya. Beomgyu ditarik begitu saja, ia tidak bisa melawan karena terlalu lelah. Tetapi ia bisa merasakan bagaimana terkejutnya ketika ia disiram begitu saja oleh air satu ember hingga bulu kuduknya langsung berdiri secara merata.

“Jangan sok berani lo mentang-mentang ada status palsu,” kecam gadis yang berambut panjang dan kemudian merobek keresek di kepala Beomgyu.

Yang laki-laki juga ikut memberi cacian, “Pasti lo pura-pura hamil biar dinikahin sama dia, ngaku!”

Beomgyu tidak menjawab, tetapi bibirnya bergetar karena kedinginan. Jika ia terus meladeni orang-orang ini tentu saja akan membuang-buang waktunya. Merasa dicueki, rambut Beomgyu dijambak hingga ia meringis pelan.

Ternyata kehidupan pembullyan seperti ini memang benar-benar ada, tapi alasan terkonyolnya hanya karena laki-laki. Ah, Beomgyu malas sekali berurusan dengan mereka.

“Kalo ditanya jawab! Tuli atau bisu, lo?”

Beomgyu menatap mereka malas, “Ga ngerti bahasa binatang.”

Satu tamparan keras langsung Beomgyu dapatkan di pipi kanannya. Beomgyu ingin sekali membalas tetapi ia terlalu lemah untuk itu. Namun, ia juga tidak diam saja, masih ada mulutnya yang sanggup membalas perkataan mereka semua.

“Kalian suka sama Yeonjun? Ambil aja, aku ga peduli,” kemudian ia tersenyum tipis, “tapi itu juga kalo kalian mampu.”

“Kurang ajar-”

Beomgyu sudah bersiap untuk menolehkan kepalanya, tetapi tangan itu tidak jadi melayang melainkan ditahan oleh sosok yang baru datang dengan terengah-engah.

Akhirnya ia membuka matanya, dan hal yang pertama kali ia lihat adalah sosok Yeonjun yang segera menggunakan jaketnya untuk melindungi tubuh Beomgyu.

“Maaf gua telat.” bisiknya sambil mengusap pipi Beomgyu yang memerah.

“Yeonjun, kita-”

“Sst. Tobi, tolong bawa Beomgyu pulang, surat izin biar saya yang urus,” kemudian ia mengusap pelan kepala Beomgyu sebelum dibawa pergi oleh salah satu bodyguardnya, “jangan nolak, pulang ke rumah dan langsung istirahat, ya? Hati-hati di jalan.”

Ucapan lembut itu Beomgyu balas dengan anggukan lemas sebelum benar-benar menjauh dari suaminya.

Sekarang fokus Yeonjun langsung tertuju pada dua gadis dan satu laki-laki yang baru saja melakukan hal tidak pantas pada pasangannya. Ia pun menatap nametag yang ada pada almamater ketiganya.

“Yeonjun maaf, tapi kita gak setuju kamu nikah sama dia! Kamu bisa dapat yang lebih baik-”

“Terus siapa? Sama Kalian?” Yeonjun memotongnya lebih dulu, kemudian merotasikan bola matanya malas, “Apa kalian pikir dengan kalian yang udah ngelakuin hal kayak gini bikin gua berpikir bahwa kalian lebih baik dari Beomgyu?”

“Yeon-”

Yeonjun tidak ingin memperpanjang masalah, ia pun melirik bodyguardnya yang lain seraya memberi perintah, “Tolong urus mereka, kalau bisa pindah dari universitas ini sekarang juga.”

“Baik, Tuan muda.” []

© 2021, moawaua.

Sebenarnya Beomgyu tidak mau terlalu memikirkan hal itu. Tetapi setiap kali melihat Yeonjun, kejadian tadi sore tetap saja terbayang sampai mereka pulang, bahkan sampai malam ketika ia kembali sekamar untuk kedua kalinya bersama pemuda itu.

Haruskah Beomgyu menanyakannya? Tapi Beomgyu takut untuk mengusik kehidupan Yeonjun karena ia bukan siapa-siapa selain berstatus sebagai suaminya. Tapi bukankah mereka juga yang memiliki hubungan paling jelas dan sah di mata hukum?

Dengan takut-takut Beomgyu duduk di meja belajarnya, ia memang berniat ingin belajar dan mengerjakan tugas, tetapi sesekali ia melirik Yeonjun yang asyik menyantap es krim mint choconya dengan tenang. Mengambil napasnya perlahan, Beomgyu bersiap untuk melakukan basa-basi.

“Kamu ga belajar?”

“Udah pinter.”

Beomgyu mendecih pelan, “Ga ada tugas?”

“Ga.”

“Ish, jutek banget.” gumamnya yang mampu didengar Yeonjun.

“Kenapa? Ada yang mau lo omongin sama gua?”

Merasa sudah dapat sinyal perhatian dari Yeonjun, pemuda manis itu pun menatapnya dengan sedikit takut. Mau tak mau Beomgyu harus menanyakan ini demi kelancaran hubungan mereka, kalau bisa Beomgyu berharap tidak ada rahasia di antara keduanya apalagi soal percintaan.

“Itu ...” Beomgyu menelan salivanya gugup, “tadi sore di deket toilet klub, kamu lagi ngomong sama pacar kamu?”

Gerakan menyuap Yeonjun mendadak terhenti, kemudian ia menatap tajam Beomgyu yang menatapnya penasaran. Apa tadi laki-laki itu melihatnya? Tapi ia tidak peduli, ia rasa juga tidak perlu lagi menjelaskannya.

“Ga usah kepo sama urusan hidup orang,” Yeonjun pun menyantap es krimnya sekali habis, “lebih tepatnya jangan ikut campur.”

Mendengar jawaban seperti itu lantas Beomgyu naik pitam, “Dih? Apa sih, aku cuma nanya doang, tinggal dijawab iya atau bukan, siapa juga yang mau ikut campur? PEDE!”

Beomgyu membalik badannya dan langsung mencoret-coret kertas tidak jelas. Apa maksudnya itu? Jangan ikut campur? Siapa juga yang mau? Bukankah memang seharusnya ia juga tahu kalau seandainya ada dari mereka yang menjalin hubungan dengan orang lain? Beomgyu benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Yeonjun. Laki-laki itu sangat menyebalkan. Beomgyu tidak menyukainya.

Yeonjun yang tahu reaksi Beomgyu seperti itu hanya bisa mengangkat bahunya tidak peduli. Ia memang tidak berniat memberitahu, biarlah urusan pribadinya tidak diketahui lelaki itu, ia takut semua akan jadi rumit. Ia tidak ingin membuat Beomgyu masuk ke dalam masalah pribadinya lebih jauh. []

© 2021, moawaua.

Jadwal kelas yang sama walau berbeda jurusan membuat Yeonjun dan Beomgyu terpaksa harus pergi ke kampus dalam mobil yang sama. Beomgyu sendiri di dalam mobil hanya menatap ke jendela, sementara Yeonjun asyik mendengarkan lagu dengan earphonenya.

Beomgyu masih kesal terhadap Yeonjun yang tidak membantunya, ia tidak ingin berbicara dulu pada lelaki itu. Sedangkan Yeonjun tidak juga berusaha untuk membujuknya. Untuk apa memangnya?

“Tuan muda, kita sudah sampai.”

“Ah, iya. Terima kasih, Pak.”

Sebelum Beomgyu sempat membuka pintu mobil, seorang bodyguard lebih dulu melakukannya. Hingga pemandangan yang pertama kali Beomgyu lihat adalah banyaknya orang yang ternyata sudah berkumpul untuk menunggunya keluar dari mobil.

“Ini apaan gila?” gumam Yeonjun sedikit risih.

“Anjay manten baru!” teriak Soobin yang tak jauh dari sana, bersama Hyunjin, Changbin, dan juga Woojin.

Sementara Hueningkai dan Taehyun hanya menertawakan tingkah Beomgyu yang sedang bingung dengan keadaan saat ini. Bahkan Jeongin yang biasanya hanya tersenyum juga ikut tertawa ketika tiba-tiba Beomgyu yang biasanya jahil itu sekarang sedang sibuk kewalahan dimintai tanda tangan oleh mahasiswa tidak dikenal.

“Kak Beomgyu boleh minta foto, gak? Sekali aja!”

“Eh? Kok aku?”

Yeonjun menatapnya geli dan sedikit berbisik, “Baru pertama kali jadi artis dadakan, nih?”

Pemuda manis itu hanya meliriknya sekilas, kemudian mengalungkan lengannya pada lengan Yeonjun untuk ikut berfoto, “Boleh, sama suamiku juga, ya?”

Yeonjun melotot tidak terima, tapi ini pembalasan Beomgyu karena sudah meledeknya. Alhasil, keduanya berusaha tersenyum secara terpaksa ke arah kamera agar terlihat serasi. Teriakan gemas tentu saja semakin banyak, sepertinya orang-orang juga sudah mulai menyukai pasangan ini.

“Mau lepas atau gua cium di sini?”

Ancaman itu membuat Beomgyu reflek melepaskannya, akhirnya dengan isyarat Yeonjun pada sang bodyguard, kerumunan tersebut segera disingkirkan untuk membuka jalan kepada mereka berdua hingga selamat sampai di fakultas dan kelas masing-masing.

Jarak antara fakultas teknik dan ilmu budaya memang tidak terlalu berjauhan jadi keduanya berpisah di pertigaan jalan kampus.


“Beomgyu!!!”

Hueningkai langsung menyambut Beomgyu dan memasangkan mahkota bunga pada kepalanya. Ternyata teman-teman di kelas pun sudah menyiapkan perayaan kecil-kecilan untuk pernikahan yang menurut Beomgyu sia-sia. Karena pernikahan ini bukanlah seperti yang ia inginkan.

“Sorry kalo kamu gak nyaman, tapi temen-teman kita kan gak tau aslinya gimana, gapapa, ya?” bisik Jeongin yang berada di sebelah Kai.

Beomgyu mengangguk mengerti, kemudian menatap teman-temannya yang berjalan mendekat untuk bersalaman dengannya, mengucapkan selamat. Beomgyu sangat disukai oleh teman kelasnya karena pribadi ia yang menyenangkan, oleh karena itu mereka ikut senang dengan pernikahan Beomgyu yang mungkin sudah diketahui oleh satu negara ini.

“Udah, udah, Gyunya capek mau duduk dulu, tenang aja semua kebagian salaman, temen kita ini bukan artis,”

“Heh!” Beomgyu menyikut pinggang Taehyun pelan.

Mereka berempat pun akhirnya duduk di bangku masing-masing, tapi pembicaraan soal pernikahan Beomgyu dan Yeonjun tetaplah menjadi topik utamanya.

“Aku kek ga nyangka juga loh, Gyu. Kok bisa-bisanya ya kamu beneran nikah sama si Yeonjun yang sering berantem sama kamu itu,” ucap Kai tak habis pikir.

“Kamu aja ga nyangka, gimana aku. Kalo bukan karena Ayah sama Yayah juga aku udah nolak berat kali.”

“Lo udah diapa-apain belum sama si Yeonjun?”

Beomgyu menatap Taehyun sinis, “Kita aja gak saling suka, aku juga udah buat perjanjian sama dia kok, kalo kita bakal cerai nanti.”

“HAH?! CE-”

Lebih dulu Jeongin menutup mulut Kai, kemudian berbisik menatap Beomgyu, “Bercanda kamu?”

“Sama sekali enggak. Lagian kan kita tau kok itu keputusan yang baik untuk kita juga. Untuk sekarang mah jalanin seperti biasa aja,”

“Kalo sampe baper?” balas Taehyun.

Beomgyu bergidik, “Ihh, jangan sampe gila!”


Waktu kuliah pun berjalan dengan lancar setelahnya, bahkan bagi Beomgyu terasa lebih cepat, atau karena ia lebih tidak ingin berada di rumah barunya ketimbang di kampus? Biasanya Beomgyu ingin cepat-cepat pulang atau bermain bersama temannya, tetapi sekarang terbalik. Hidupnya benar-benar berubah.

Untung saja Beomgyu punya kegiatan lain di kampus yaitu klub dance, walau ada Yeonjun juga di sana, tetapi tetap saja setidaknya ia bisa menghabiskan waktu lebih banyak di luar ketimbang rumah.

Teman-teman satu klubnya tidak terlalu menyambut pernikahan mereka seperti di kelas Beomgyu tadi, tetapi tetap memberi mereka berdua selamat, bahkan karena itu pula Yeonjun jadi mentraktir mereka semua. Hm, pencitraan.

“Kok kalian masih aja mau ke kampus sih? Padahal kan bisa aja honeymoon dulu selama seminggu minimal,” ucap Hyunjin pada Beomgyu, karena Yeonjun masih di luar ketika mereka sekarang asyik makan-makan.

“Males.” jawab Beomgyu seadanya, “Kalian juga tau kita gak saling suka, kan? Mana ada honeymoon, yang ada aku ditinggal dia sendirian di luar negeri nanti.”

“Bener juga, si Yeonjun bocah kurang ajar emang.” timpal Woojin yang asyik mengunyah pizza traktiran itu.

Takut topiknya semakin melenceng, Beomgyu pun segera izin ke toilet. Mereka semua sih enak hanya sekadar menyarankan, tidak tahu saja apa yang Beomgyu dan Yeonjun rasakan saat ini.

Beomgyu mempercepat jalannya menuju toilet, tapi baru seperempat jalan ia memasuki lorong di sana, matanya lebih dulu menangkap siluet Yeonjun bersama sosok pemuda lain yang Beomgyu tidak bisa lihat siapa orangnya.

“Yeonjun ngapain?” bisiknya, berakhir mengintip di balik tembok.

“Kemarin lancar?”

Suara itu tidak asing untuk Beomgyu, tapi siapa? Mereka juga sepertinya sedang membahas pernikahan keduanya. Beomgyu semakin menajamkan pendengarannya hingga kali ini terdengar suara Yeonjun yang membalas ucapan orang tersebut.

“Lancar.”

“Maaf, ya. Aku gak bisa dateng di pernikahan kamu.”

“Gapapa kok, ga penting juga,” bisa Beomgyu lihat Yeonjun tersenyum kecut meski samar, “andai waktu itu lo setuju, pasti gua bisa batalin pernikahan paksa ini.”

Beomgyu tidak mengerti. Tak ingin mendengar pembicaraan itu lebih jauh, ia pun terpaksa kembali dengan dada yang mendadak sesak. Pembicaraan tersebut sudah dapat disimpulkan olehnya sendiri, dan ia tidak menyangka ada hal penting yang disembunyikan Yeonjun darinya ketika mereka sudah menikah dan menjalani satu hari bersama.

“Jadi ... Yeonjun, kamu punya pacar?” []

© 2021, moawaua.

Pagi yang harusnya damai terpaksa dibuat ribut akibat teriakan Beomgyu dan juga ringisan Yeonjun. Yang satu mengusap bokongnya kasar karena baru saja ditendang oleh sosok yang masih memeluk dirinya takut di atas ranjang.

“Kamu ngapain peluk-peluk!”

Yeonjuk mendecak kesal, “Sakit, bego. Salah sendiri siapa yang mindahin guling di tengah!”

“Bilang aja emang kamu mau modus pasti, aku gasuka, ya!”

“Dih. Dipeluk doang aja sampe segitunya, yang ngambil ciuman pertama lo juga gua, kan?”

Beomgyu mengerucutkan bibirnya lucu, tidak bisa menyangkal fakta itu. Ia memilih untuk bangkit duluan dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi. Sementara Yeonjun mengacak-acak rambutnya kasar, padahal harusnya ia masih punya waktu tidur beberapa menit lagi, tapi karena suami mungilnya itu rutininitasnya jadi gagal.

“Sabar, Njun. Baru hari pertama.”


Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, keduanya segera bersiap untuk berkumpul di ruang makan untuk sarapan. Yeonjun memerhatikan Beomgyu begitu gugup ketika berjalan menuruni tangga, dengan acuh tak acuh ia mengeluarkan suaranya.

“Kalo lo takut pegang aja baju gua,” kemudian melirik ke arah wajah Beomgyu yang masih kosong, “itu kalo lo mau juga, gua ga mak-”

Jemari yang tenggelam di bawah cardigan krem itu tiba-tiba langsung meraih ujung kaos Yeonjun, mencengkeramnya lumayan erat.

Yeonjun tersenyum tipis, kemudian membimbingnya berjalan ke ruang makan di mana kedua orang tuanya sudah menyambut mereka dengan senyuman sehangat mentari.

“Pagi, Pa. Pagi, Pi.”

Yeonjun mengecup kedua pipi orang tuanya. Beomgyu yang di belakang Yeonjun terlihat bingung, tetapi Jungkook dengan tanggap menarik tangan Beomgyu dan mengelus pipinya sayang.

“Pagi, sayang. Tidur kamu cukup?”

Beomgyu tersenyum tipis, “Cukup, Pam- Papi.”

“Yeonjun gak nakal sama kamu, kan?”

Pertanyaan Taehyung sukses membuat Beomgyu salah tingkah, tetapi sang anak hanya memberinya tatapan tidak suka.

“Mau nakal juga Yeonjun yang ditendang duluan nanti sama dia.”

Beomgyu melotot ke arah Yeonjun yang sekarang menjulurkan lidahnya meledek. Kemudian mereka berempat melakukan ritual sarapan dengan tenang. Selagi menyantapnya dalam diam, Beomgyu asyik menyapu pandangannya ke seluruh ruangan dan juga orang-orang yang sekarang sudah masuk ke dalam hidup barunya.

Rumah Yeonjun memang nyaman, meskipun banyak pelayan tetapi mereka hanya keluar di jam-jam tertentu dan saat dibutuhkan. Kedua mertuanya juga sangat ramah dan hangat, Beomgyu jadi bisa berekspresi bebas. Minusnya hanya satu, yaitu suaminya sendiri.

“Oh, iya. Berhubung kalian baru menikah, kenapa gak langsung honeymoon aja? Mau ke mana? Semua Papa biayain, tenang.”

Tiba-tiba Taehyung mengucapkan kalimat yang membuat Beomgyu dan Yeonjun tersedak bersamaan. Wajah memerah Yeonjun sangat menggambarkan bahwa ia tidak setuju dengan ide tersebut.

“Honeymoon? Ga. Yeonjun nolak. Kamu juga, kan, Beom?”

Beomgyu yang mengerti pertanyaan itu langsung mengangguk, “Iya. Apalagi sebentar lagi kita mau ada ulangan semester, jadi aku harap gak jauh-jauh dulu dari kampus.”

“Gampang. Papa bisa minta dosen kamu untuk undur jadwal ulangannya untuk kalian, atau kalian bisa susulan dengan mudah.”

“Ga segampang itu, Pa. Lagian Yeonjun sama Beomgyu juga baru tahap perkenalan karena perjodohan ini, yang ada nanti kita sibuk masing-masing selama honeymoon,”

“Alesan terus kamu,” balas Jungkook, “terus kalian hari ini mau rencana tetap kuliah meskipun baru nikah?”

Beomgyu mengangguk takut-takut, ia harus kuliah, tidak mungkin berlama-lama di rumah ini dengan Yeonjun pastinya. Melihat itu Taehyung pun menghela napas, memang pendekatan ini tidak bisa dipaksakan, tapi ia yakin perlahan keduanya akan segera dekat. Semua hanya soal waktu.

Akhirnya Taehyung membersihkan bibirnya dengan tisu setelah selesai makan lalu melanjutkan ucapannya, “Oke, kalau kalian maunya gitu. Tapi, Beomgyu, karena kamu udah jadi keluarga kita juga. Ada beberapa peraturan yang harus kamu tau.”

“Peraturan?”

“Iya. Sederhana kok, ke mana pun kamu pergi, kamu harus dijaga sama bodyguard kamu. Ga ada penolakan, kamu sekarang suami dari Choi Yeonjun, anak dari salah satu pebisnis terkaya di negera ini. Pasti banyak orang yang mau macem-macem sama kamu, karena itu penjagaan kamu harus lebih ketat.”

“Bodyguard? Berarti aku gak boleh ke mana-mana sendirian?” Beomgyu menatap tidak percaya.

“Iya. Atau kamu mau aja nempel sama Yeonjun terus?”

Beomgyu menatap Yeonjun untuk meminta pertolongan, tetapi suaminya itu terlihat cuek bahkan tidak membalas tatapannya. Oh, Beomgyu tidak suka ini. Dia adalah orang yang tidak terlalu suka diawasi, dia sering hidup mandiri. Tetapi sepertinya peraturan yang satu ini tidak bisa ditolak lagi karena tidak ada yang menolongnya.

“Beomgyu mau. Maksudnya diawasi bodyguard, bukan diawasi Yeonjun.”

Jungkook mengangguk, “Mereka bodyguard pilihan kita yang terbaik untuk kamu, gausah takut. Sekarang mereka ada di ruang tamu, kamu kenalan dulu dan ngobrol-ngobrol sama mereka.”

“Se-sekarang?”

“Mau kapan lagi? Hari ini kamu ada kuliah, kan? Ayo.”

Jungkook menuntun Beomgyu untuk bangkit dari duduknya, sementara Beomgyu terus menatap Yeonjun, bahkan ia sampai berbisik minta ditemani. Tapi nyatanya Yeonjun hanya mengangkat tangannya untuk menunjukkan ibu jari pada suami kecilnya itu.

“Semangat!” bisiknya sekaligus meledek.

Ah, sial. Beomgyu benar-benar ingin melemparnya memakai piring saat ini juga. []

© 2021, moawaua.

Yeonjun dan Beomgyu tentu saja akan tidur di kamar yang sama, acara tangis menangis perpisahan antara Beomgyu dan kedua orang tuanya sudah berlangsung sejak kemarin, jadi sekarang ia sudah tidak terlalu sedih ditinggal hanya bersama suaminya ini.

“Mau ngelakuin malam pertama, ga?”

Pertanyaan Yeonjun adalah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya ketika mereka bersiap untuk tidur. Langsung saja pemuda itu dapat lemparan bantal empuk tepat di wajahnya. Beomgyu sendiri dengan cepat memeluk lututnya takut di atas ranjang.

“Macem-macem, aku tampol!”

“Becanda elah,”

“Ga lucu.”

Yeonjun mengikuti Beomgyu yang sudah duduk di pinggiran ranjang, kemudian ia menatap pemuda yang pastinya juga tidak tahu mau berbuat apa itu.

“Orang kalo abis nikah emangnya ngapain, si? Maen monopoli?”

“Mana aku tau, emangnya aku pernah nikah?” sahut Beomgyu jutek.

“Lah, tadi siang ama gua lo kata apaan?”

Beomgyu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia bahkan masih malu hanya sekadar mengingat bahwa ciuman pertamanya bahkan diambil oleh sosok yang tidak jelas seperti Yeonjun ini. Ah, begitu banyak pengalaman memalukan yang ingin ia lupakan saat resepsi tadi.

“Beomgyu.”

“Hm?” ketika dipanggil ia kembali menatap suaminya.

“Karena kita emang gak akur dari awal dan tujuan kita itu sama yaitu nurutin kemauan orang tua kita yang bohong,” Yeonjun menatap netra galaksi itu lekat, “kita buat perjanjian aja, gimana?”

“Perjanjian?” Beomgyu sedikit berpikir, tetapi setelahnya ia mengangguk mantap, “Bener!”

Yeonjun mendengus karena semudah ini suami barunya diajak bekerja sama, “Anggep aja ini pernikahan kontrak, ketika penghasilan gua udah setengahnya punya Papa, kita bakal cerai, gimana?”

“Setuju! Pas saat itu tiba aku yakin juga udah bisa ngebiayain hidup untuk keluargaku.”

Beomgyu mengucapkannya dengan penuh keyakinan bahwa masa depannya akan aman. Sementara Yeonjun yang melihat itu justru tambah melihatnya intens, lalu tanpa peringatan lagi ia menarik dagu Beomgyu untuk bertatapan dengannya.

“Dan satu lagi,” Yeonjun menyeringai, “jangan bawa perasaan lebih.”

Beomgyu terkesiap, “Ih! Pede banget, yaiyalah!”

Menepis kasar tangan Yeonjun di dagunya, pemuda seperti beruang kecil itu langsung merebahkan tubuhnya duluan, sekaligus menghindari tatapan meledek Yeonjun yang ia belakangi.

Tidur aja gamau tatap-tatapan, gimana bisa jatuh cinta?

Keduanya memutuskan untuk tidur tanpa melakukan apa pun lagi setelahnya. Tak lupa sebuah guling menjadi pembatas ketika mereka tidur.

Yah, dilihat saja semua orang bisa tahu bahwa malam ini memang bukan malam pertama seperti pada umumnya. Tetapi ada janji yang keduanya sudah sepakati.

Tetap menjalani pernikahan ini sebagai mana mestinya untuk orang tua mereka sampai waktu yang ditentukan datang, yaitu ketika diajukannya perceraian. []

© 2021, moawaua.

“Selamat ya, Yeonjun, Beomgyu. Semoga langgeng sampai maut memisahkan.”

Ya, ironi sekali. Chat terakhir yang dikirim adalah mereka yang saling menolak untuk menikah, tetapi apa ini namanya sekarang? Yeonjun dan Beomgyu tidak lagi bisa menolaknya.

Apalagi akting drama yang dimainkan kedua orang tua mereka sangat kompak, ada yang pura-pura sakit dan satu lagi pura-pura bangkrut.

“Ga nyangka lu berdua nikah, ternyata bener ya yang namanya cinta jadi benci itu ada.”

“Terbalik anjir.” ingin Changbin jambak saja rambutnya Hyunjin yang gondrong ini.

Yeonjun hanya memasang senyum palsu di wajahnya, “Udeh sana lo pada makan, jangan ngeledek gua terus atau bertumbuk aja kita sekarang?”

Changbin dan Hyunjin langsung melarikan diri dari sana. Kini giliran sahabat-sahabat Beomgyu yang datang mendekat ke pelaminan. Bisa mereka lihat sendiri Beomgyu seperti sedang berada di dunia lain, laki-laki itu belum sepenuhnya percaya dengan apa yang terjadi.

“Selamat ya, kalian berdua ... Anu, Gyu, gapapa kalo sekarang masih kaget ... tapi jalanin aja dulu, semoga kalian baik-baik aja kalo niat menikahnya juga baik ...” ucap Kai si paling baik dan polos.

Yeonjun tersenyum tipis, “Ya, makasih, Kai. Doain aja gua sama temen lu ini gak sering berantem,”

“Bentar lagi seranjang udah pasti uwu-uwuan gak, si?” celetuk Taehyun asal.

Yeonjun hanya mengeluarkan tawa sinisnya ketika mereka saling tertawa. Tamu-tamu lain seling berganti untuk memberi salam. Sementara Beomgyu masih belum bisa mengeluarkan sepatah kata pun, jiwanya masih saja terjebak ketika upacara pengucapan janji suci sampai proses Yeonjun menciumnya. Jujur ia benar-benar tidak menyangka ia menikah dengan Yeonjun.

Dari 7 miliar lebih orang di dunia ini dan itu harus Yeonjun?

“Kalo lu kesurupan gua kabur.” bisik Yeonjun ketika menepuk bahunya.

Beomgyu mencibir, “Setannya juga takut duluan liat kamu.”

“Jangan cemberut, nanti Ayah sama Yayah lo sedih.”

“Gak cemberut, cuma capek aja gak tau harus senyum terus ...”

Yeonjun kemudian meraih pinggang Beomgyu untuk lebih mendekat, membuat debaran jantung yang lebih muda itu semakin kencang. Diliriknya Yeonjun dengan wajah sedikit memerah, pemuda yang menjadi suaminya ini memang sangat tampan dengan setelan jas berwarna hitam dengan rambut yang ditata dengan rapi.

Kalau Beomgyu bukan berstatus sebagai musuhnya juga ia pasti sudah jatuh cinta sejak pandangan pertama.

“Ngeliatin terus, langsung naksir?” pertanyaan itu langsung membuyarkan lamunan Beomgyu, ia pun mencubit pelan lengan ehem- suaminya dan kembali fokus menyapa tamu yang datang.

Semua proses berjalan lancar, padahal Taehyung sudah berjaga-jaga lebih dari 100 orang untuk mencegah adanya pengantin yang melarikan diri.

Bersyukur ia mendidik Yeonjun dengan baik yang selalu bertanggung jawab menjaga nama bakinya, dan sepertinya itu berlaku juga untuk mantunya yang manis itu.

Taehyung melirik Jimin, keduanya saling melempar senyum bahagia. Mereka yakin kedua anaknya akan baik-baik saja setelah ini dan seterusnya. []

© 2021, moawaua.

Netra seindah galaksi itu menatap dengan sedikit malas kepada orang tua dan juga calon mertuanya yang terlihat sangat akrab. Sudah ia duga mereka memang bersahabat kental dan seperti di film-film, sangat suka menjodohkan kedua anak mereka demi mempererat hubungan yang sudah terjalin.

“Tuh kan, semakin cantik dan manis, Om udah lama gak ketemu kamu tau-tau udah segede gini. Yakin nih, Jim? Ga punya pacar?” tanya Taehyung dan Beomgyu membalasnya dengan senyuman canggung.

Jimin hanya tertawa, sementara itu Jungkook mendekati Beomgyu dan mengusap kepalanya sayang, “Kamu pasti canggung, ya? Tapi gapapa. Dulu juga Paman sama Om Taehyung dijodohin, dan kita ketemu karena Ayahmu itu, gak nyangka langgeng sampe sekarang. Jadi, jangan mikir kalo perjodohan itu gak selalu berjalan lancar, ya?”

Ah, ternyata Ayah emang ahli soal perjodohan. Pantes.

Beomgyu membalasnya dengan senyuman manis seperti biasa. Dilihat dari tampang Taehyung dan Jungkook yang sangat tampan dan paripurna dapat Beomgyu bayangkan pasti anaknya tidak akan jauh dari mereka. Membayangkannya saja sudah membuat Beomgyu berdebar, Beomgyu akui ia suka melihat yang tampan-tampan.

“Maaf, aku telat. Apa acaranya udah dimulai?”

Suara yang tidak asing tiba-tiba masuk indra pendengarannya. Tunggu, tidak asing?

Reflek Beomgyu menolehkan kepalanya untuk bertatapan langsung dengan sosok yang baru datang, saat itu juga pupilnya mengecil. Yeonjun pun memiliki reaksi yang sama, ketika ia baru datang, hal pertama yang ia lihat adalah sosok pemuda yang sama terkejut dengan dirinya.

“Kamu?!”

Kedua orang tua mereka saling menatap dengan bingung ketika Beomgyu menunjuk ke arah Yeonjun seperti tertangkap basah.

“Kalian saling kenal?” tanya Jungkook.

“Iya! Eh- enggak!” Beomgyu yang tadinya terkejut langsung memasang wajah tersenyum miring terhadap Yeonjun yang sudah menatapnya malas, “Jadi kamu yang mau nikah sama aku? Choi Yeonjun yang paling belagu di klub Dance TUBATU!?”

Yeonjun mendecih, “Jadi lo juga yang mau dinikahin sama gua? Choi Beomgyu yang paling tengil di klub Dance TUBATU?”

Pemuda yang lebih pendek merotasikan bola matanya malas lalu menatap kedua orang tuanya, “Ayah dan Yayah yakin mau nikahin Beomie sama dia?”

“Papa, Papi, juga yakin mau Yeonjun nikah sama dia?”

Yeonjun dan Beomgyu saling tatap, “AKU GA MAU NIKAH SAMA DIA.”

Ya, karena pertanyaan sebelumnya menanyakan apakah mereka berdua saling kenal? Jawabannya memang tidak, tetapi juga iya. Karena status mereka bukanlah kenalan, tetapi musuh. Dua Choi di antara 3 yang selalu bertengkar karena masalah kecil di klub Dance TUBATU Universitas HYBE.

Hampir semua yang ada di klub itu mengetahui hubungan mereka, bukankah akan sangat aneh ketika musuhmu menjadi suamimu sendiri?

Beomgyu bahkan masih mengingat bagaimana ketika ia mencoba menolak untuk tidak menerima traktiran memaksa Yeonjun saat mereka selesai latihan, pemuda itu sengaja untuk membuatnya kesal karena sebelumnya mereka bertengkar akibat Yeonjun yang tidak sengaja membuat sepatu Beomgyu tersangkut ke atap ruang klub.

“Makan, jangan manja. Nanti kalo sepatunya ga bisa diambil tinggal bilang, gua beliin yang lebih mahal.” begitu katanya waktu itu, tidak ada rasa bersalah sama sekali.

“Kamu mah enak kaya, apa aja gampang belinya, kamu gak tau aja itu sepatu kesayangan yang aku beli pakai duit sendiri biar pun gak mahal.”

Memikirkan bagaimana ia menikahi Beomgyu juga di luar nalar Yeonjun. Memang sih, dia terlihat imut di luar dan juga manis, tapi seringkali ia hampir mengejar-ngejar Beomgyu untuk menangkap pemuda yang selalu mengusilinya ketika mereka menari. Entah mengejeknya diam-diam, atau kadang menjahilinya dengan menyiprati air ketika ia asyik tertidur saat latihan.

“Pak pelatih! Ini Yeonjun masih tidur, enaknya disiram air panas apa air dingin?” akibat pertanyaan Beomgyu, ia jadi pusat perhatian dan bahan tertawaan saat itu. Wah, benar-benar menjengkelkan.

Sekarang mereka harus ditakdirkan untuk menikah? Menjalin sebuah hubungan bersama?

Oh, tampar Yeonjun dan Beomgyu sekarang juga. Ini benar-benar bencana. []

© 2021, moawaua.

Orang aneh mana yang bisa berperilaku normal ketika tahu dirinya akan dinikahi begitu saja? Choi Beomgyu bahkan ketika mengetahui hal itu menimpa dirinya segera melarikan diri dari rumah.

Sore tadi, ketika ia baru pulang kuliah, kedua orang tuanya tiba-tiba meminta mereka berbicara serius dengan topik utama adalah perjodohan dirinya dengan entah siapa itu.

Beomgyu melarikan diri, tapi Yoongi dengan cepat menemukannya. Bodoh juga ia hanya bersembunyi di balik tiang listrik dekat rumah. Mau tidak mau dengan wajah masam ia kembali pulang, disambut dengan tatapan khawatir ayahnya yang sangat lembut itu. Ah, kelemahan terbesar Beomgyu.

“Ayah tau kamu pasti kaget, tapi jangan begitu, Beomie. Beruntung ada yang mau bantu keluarga kita, jadinya kamu gak repot-repot kerja sampingan lagi,” ujar Jimin ketika Beomgyu sudah duduk di sofa ruang tamu, “maafin Ayah sama Yayah juga karena udah nerima perjodohan ini tanpa nanya dulu sama kamu.”

“Kalo Ayah mau dimaafin, langsung batalin perjodohannya aja.”

Yoongi menggeleng, “Gak bisa, Beomie. Kita gaada pilihan, kamu mau keluarga kita melarat?”

“Kita gak melarat, Yah. Kan Beomie udah kerja sampingan juga buat bantu perekonomian kita, kenapa malah Beomie juga yang jadi tumbal perjodohannya?”

“Kamu pikir bantuan kamu cukup?” Yoongi meraih tangan anak semata wayangnya yang dingin itu perlahan.

Jimin mengangguk, “Kami pikir ini udah saatnya kamu jadi dewasa, perjodohan ini Ayah yakin pilihan yang tepat untuk masa depan kamu. Coba, kalo kamu ga mau dijodohin, apa sekarang kamu punya pacar?”

“Ya engga juga. Beomie gak mau pacaran sama orang yang gak Beomgyu suka. Sama kayak nikah.”

“Nanti kamu pasti suka, anaknya ganteng, pinter, tinggi, tajir, hampir sempurna lah, mau liat?” tawar Jimin sambil menyalakan ponselnya.

Beomgyu menggeleng lemas. Jika sudah seperti ini tidak ada harapan lagi untuk lari. Ia menatap kedua mata orang tuanya dengan nanar, mereka sepertinya sangat mengharapkan hal itu terjadi. Mau Beomgyu mengeles untuk keesokan hari dan seterusnya juga akan percuma.

“Emang Ayah yakin dia anak baik yang bakal hormat sama orang tua dan mertuanya?”

Jimin mengangguk, “Ayah udah selidikin dia, anaknya emang baik, kok. Sempurna, idaman kamu banget pasti, kayak Ayah pas muda lah kira-kira.”

Rambut halus Beomgyu tiba-tiba dielus lembut oleh Yoongi, kedua mata mereka saling betemu, “Kalo Beomie gak mau dijodohin, coba alesan yang lebih tepatnya apa? Masa depan dan impian Beomie yang paling utama apa?”

Pertanyaan itu seakan menjadi tamparan keras untuk Beomgyu. Masa depan? Impian? Selama ini Beomgyu hanya berharap bisa hidup serba berkecukupan dengan keluarganya. Terlebih lagi ia ingin melihat orang tuanya bahagia dan bangga dengannya.

Tiba-tiba ucapan tentang orang yang dijodohkan dengannya adalah orang yang kaya dan baik hati ini membuat Beomgyu berpikir ulang.

“Emangnya kalian pengen banget Beomie nikah sama dia?”

Jimin mengangguk, “Kami bakal seneng banget kalo Beomie menerimanya. Ini untuk kebaikan keluarga kita dan juga kamu. Ayah dan Yayah janji, kalo kamu gak bahagia di pernikahan ini, kamu bisa marah-marah sama kami dan cerein dia,” pria itu mengelus pipi anaknya sayang, “Beomie pikir kami gak mikirin ini mateng-mateng? Perjodohan ini udah lama kami rencanain, dan kami sendiri udah mantepin hati untuk merelakan kamu ke orang yang tepat.”

Mendengarnya membuat Beomgyu ingin menangis. Sudah jelas bahwa kedua orang tuanya sangat setuju akan hal ini. Beomgyu selalu mengutamakan keluarganya dalam segi apa pun. Lagi pula masa depan yang ingin Beomgyu raih adalah kebahagiaan kedua orang tuanya.

Jadi, tidak ada salahnya, kan, jika Beomgyu merelakan kebahagiaannya demi kebahagiaan orang yang paling ia sayangi?

Pemuda bermata galaksi itu mengembuskan napasnya perlahan, “Beomie tau sebenernya kalian jodohin Beomie sama anak sahabat Ayah dan Yayah, kan? Alesan keluarga jatuh miskin itu udah basi, Beomie juga pengen keluarga kita cepet kaya, Beomie lagi berusaha. Tapi yaudah, kalau emang kalian ngerasa dengan perjodohan ini mempercepat proses itu dan bisa buat Ayah dan Yayah seneng, Beomgyu pasrah terima perjodohannya.”

“Beneran?” mata Jimin melebar, ia menatap Yoongi yang juga terkejut, mereka pikir mereka harus berakting dan mengeluarkan banyak kalimat nasihat lagi demi membujuk anaknya yang lucu dan baik hati ini.

“Maunya sih jawab engga, tapi ya gimana lagi.”

Jimin tersenyum senang hingga matanya tidak terlihat, “Nah, gitu dong, pasti sebenernya tadi langsung berubah pikiran pas Ayah bilang calon suamimu ini ganteng, kan?”

“Gajadi ah, Beomie berubah pikiran lagi nih,” Beomgyu menolehkan kepalanya ke samping, merajuk.

“Hush, jangan dong. Pokonya kamu pasti seneng dan gak nyesel, dua hari lagi kita langsung ketemu sama mereka.”

Final, Jimin dan Yoongi memeluk Beomgyu sayang secara bersamaan seraya menghujaninya kecupan dan kata terima kasih. Sementara yang dipeluk hanya bisa menghela napas pasrah, keluarga adalah yang utama, jadi apa pun keputusan yang dia ambil, Beomgyu berharap memang akan menjadi yang terbaik untuknya.


Di ruang keluarga yang besar itu terdapat 3 insan yang saling berhadapan dengan raut wajah serius. Yang paling tampan berdehem sebentar untuk membuka pembicaraan mereka yang juga serius, terutama ditujukan kepada sosok yang paling muda di tengah-tengah mereka.

“Yeonjun, ini udah saatnya kamu nikah. Perusahaan Papa baru bisa kamu lanjut kalau kamu udah ada di jenjang yang lebih serius. Kamu udah kuliah, dari SMA udah main saham, kamu udah bisa hidup mandiri sama pasangan kamu.”

Choi Yeonjun mendengus mendengarnya, “Pa, hidup mandiri juga gak harus sama pasangan,” ia menggeleng, “Yeonjun gak mau nikah sekarang. Gak mau dijodohin juga.”

“Ada teman Papa yang butuh bantuan ekonominya, mereka nolak kalau dibantu cuma-cuma, supaya ada ikatan, kita harus ngadain perjodohan ini.” Taehyung menjelaskan alasannya, “Lagian anaknya juga manis dan lucu banget, kalau kamu gak mau juga bisa aja Papa jodohin sama anak Papa yang lain, tapi sayangnya Papi kamu gak mau nambah anak.”

Jungkook mencubit pelan perut Taehyung yang sekarang sedikit tertawa, kemudian menatap Yeonjun yang dari tadi berwajah masam, “Kamu punya pacar emangnya? Papa sama Papi juga dijodohin kok, kami langgeng sampe sekarang, kalo memang jodoh jangan nolak, nanti malah ga dapet, hayo?”

“Nikah tanggung jawabnya besar, Yeonjun ngidupin orang lain, loh. Kalau Yeonjun lalai gimana? Papa sama Papi mau tanggung jawab? Apalagi kita menikah tanpa cinta, belum kenal, yakin berjalan baik?”

“Yakin.” jawab Taehyung mantap, “Papa tau kamu anak baik-baik, kamu anak Papa sama Papi, ini semua hanya soal waktu, Yeonjun. Kamu pikir Papa juga asal-asalan pilih calon kamu? Ngga, dia ini kepribadiannya sangat baik, anaknya manis, pekerja keras, makanya Papa sangat setuju kalo dia jadi mantu kita, ya nggak, Pi?”

Jungkook mengangguk, kemudian ia bangkit dari sofanya untuk mendekati Yeonjun yang masih saja menolak. “Yeonjun, kami tau kami harusnya nggak ngomong kayak gini karena kami juga yang minta kamu untuk lahir ke dunia. Tapi, apa kamu gak mau sekali aja turutin permintaan kami? Selama ini apa pun yang kamu minta selalu Papa Papi kasih, apa kamu gak kepikiran untuk bales?”

“Maksa nih ceritanya?” Yeonjun memutar bola matanya malas.

“Dikit. Lagian kamu juga gaada pacar, kan? Papa yakin kamu beneran gak nyesel sama calonmu ini, dua hari lagi kita bakal ketemu. Gimana, mau?”

“Kalau aku jawab engga juga, kalian tetep aja jodohin kita, kan?”

Jungkook mengangguk mantap, karena itu Yeonjun pun menghela napas pasrah. Memang tampangnya seperti cuek di luar, tetapi Yeonjun adalah pemuda paling hangat di satu jurusannya. Keluarga baginya juga nomor satu, untuk mencapai ke tahap hidupnya yang serba berkecukupan ini tanpa orang tuanya ia bukanlah apa-apa.

Jadi, tidak ada salahnya kan ia menuruti permintaan mereka? Lagipula jika mereka mengatakan perjodohan ini yang terbaik, maka itu lah yang terbaik.

“Jadi?”

“Terserah. Atur aja semau Papa dan Papi.”

Pasangan suami-suami itu menghela napas lega, mereka saling melempar senyum. Taehyung mendekat ke arah Yeonjun dan memeluknya sayang. Sementara Yeonjun menatap mata Jungkook yang berbinar senang.

Ah, Yeonjun memang tidak suka perjodohan ini, tetapi ia lebih tidak suka untuk tidak bisa melihat binar mata dari orang yang ia sayang. Ya, entah siapa orang beruntung yang akan ia nikahi nanti, yang jelas Yeonjun menerima perjodohannya. []

© 2021, moawaua.